timbulnyasiklus kerja statis dalam jangka waktu yang lama, seperti duduk di depan komputer berjam-jam serta kurang memperhatikan posisi tubuh yang baik dalam bekerja. Hal ini dapat menyebabkan keluhan nyeri punggung bawah sehingga tentunya akan mengurangi produktivitas kerja. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja

Physical activity and health for beginners Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free iAKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANAKTIVITASFISIKdanKESEHATANARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO ii ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOBuku sebagai objek dari Hak Kekayaan Intelektual seseorang, perlindungannya diatur dalam perundang-undan-gan. Perundang- undangan mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual paling terbaru adalah Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014. Ketentuan Pidana Pasal 1131 Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pas-al 9 ayat 1 huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp seratus juta rupiah.2 Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pe-langgaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1 huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan/atau pidana denda paling banyak lima ratus juta rupiah.AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATAN16 x 24 cm xii + 64 halamanHak cipta dilindungi undang-undangAll rights reserved© 2020, Indonesia PontianakPenulisARIF WICAKSONOWILLY HANDOKOKreatifSETIA PURWADIDiterbitkan olehIAIN PONTIANAK PRESSAnggota IKAPIJalan Letjend Suprapto No. 19 PontianakCetakan Pertama, Pebruari 2020ISBN 978-623-7844-15-0 iiiAKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANKATA PENGANTARKEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PONTIANAKSelama dua dasawarsa terakhir ini telah terjadi pergeseran jenis penyakit dan penyebab kematian di masyarakat, di mana saat ini lebih didominasi oleh penyakit penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif penyakit jantung, stroke, ginjal, diabetes, dan kanker. Penyakit penyakit tersebut terjadi karena kita kurang memperhatikan faktor risiko yang yang berkonstribusi terhadap timbulnya penyakit tersebut, antara lain faktor keturunan dan perilaku hidup individu seharusnya mau dan mampu untuk menilai dan mengendalikan faktor risiko terjadinya penyakit degeneratif ini, sehingga kesakitan penyakit ini dapat di cegah dan di kendalikan. Upaya upaya untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko penyakit degeneratif ini antara lain melaksanakan aktifitas fisik olah raga yang teratur dan terukur. Selain olah raga juga mesti melakukan pemeriksaan kesehatan teratur, diet seimbang, istirahat cukup, tidak stres dan menghindari rokok. iv ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOBerdasarkan Riskesdas 2018, dilaporkan bahwa proporsi masyarakat usia >10 tahun di Kalimantan Barat yang melakukan aktifitas fisik cukup sebesar 69,2% Nasional 66,5%. Perilaku untuk melaksanakan aktifitas fisik di masyarakat harus terus kita dorong dan tingkatkan, melalui pembangunan infrastruktur sarana olah raga, jalur sepeda, trotoar untuk pejalan kaki, taman bermain dll, juga pengetahuan masyarakat tentang aktifitas fisik olah raga yang benar harus terus di menyabut baik terbitnya buku “AKTIFITAS FISIK DAN KESEHATAN“ oleh sejawat dr. Arif Wicaksono, dan dr. Willy Handoko, sebagai salah satu referensi ilmiah dalam melaksanakan aktifitas fisik benar dan bermanfaat bagi kesehatan. Semoga buku ini bermanfaat untuk kita semua, dalam upaya mencegah dan mengendalikan penyakit tidak menular khususnya di Kalimantan Barat dan umumnya di Indonesia. Pontianak, Desember 2019dr. Sidig Handanu Widoyono, M. Kes Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak vAKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANKATA PENGANTARKETUA UMUM PENGURUS BESAR PERHIMPUNAN AHLI ANATOMI INDONESIAAssalamu’alaikum Wr. Robbil alamiin, Segala Puji Syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan bimbingan dan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga buah pena dari dr. Arif Wicaksono, dan dr. Willy Handoko, dengan judul Aktivitas Fisik dan Kesehatan ini dapat hadir di tengah kita semua. Pada kesempatan ini pula izinkanlah saya sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia PAAI untuk memberikan ucapan Selamat dan Apresiasi yang tinggi kepada kedua penulis ini yang telah bersusah payah menuangkan segala ide, pemikiran dan pendapatnya ke dalam buku ini.“Mensana incorporesane”, “Al Aqlussalim fil jismi salim”, demikianlah 2 ungkapan dalam bahasa Latin dan bahasa Arab yang berarti “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat” dan “Akal yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” yang vi ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOmelukiskan kepada kita semua tentang pentingnya untuk selalu menjaga kesehatan fisik. Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization/ WHO juga menekankan pentingnya untuk selalu menjaga kebugaran jasmani dengan mengatakan “Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity, yang berarti sehat adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial , tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/ era modern saat ini yang memberikan kemudahan dan memanjakan kehidupan kita dengan hadirnya kendaraan bermotor, perangkat kerja mekanik dan elektrik, robotik dan kemajuan dalam bidang teknologi informasi dan lain-lainnya menyebabkan berkembangnya gaya hidup sedentary yaitu gaya hidup yang kurang gerak dan banyak duduk. Hal ini diperparah lagi dengan berkembangnya pola makan yang tidak sehat seperti junk food makanan cepat saji, tinggi lemak dan kolesterol serta kurang serat, rokok dan meningkatnya tingkat stress menyebabkan kita kehilangan kebugaran dan kesehatan tubuh. Jika hal ini dibiarkan maka akan timbullah penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif seperti diabetes mellitus, hiperkolesterol, hiperuresemia, stroke, penyakit jantung koroner, kanker dan lain sebagainya. Untuk mengatasi hal-hal tersebut sudah saatnyalah kita kembali ke pola hidup yang sehat, tenang dan banyak gerak. Salah satu hal yang membantu terciptanya pola hidup sehat adalah olahraga. Melalui olah raga maka kita dapat merelaksasi tubuh kita, melancarkan aliran darah, memperbaiki oksigenasi jaringan tubuh, melancarkan metabolism tubuh, viiAKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANmengeluarkan racun-racun dan sampah metabolik dari tubuh kita, menghilangkan stress dan lain-lain yang dapat memperbaiki kebugaran fisik dan psikis. Tujuan olahraga ini akan dapat dicapai manakala kita melakukan olahraga secara benar dan kontinu. Olahraga yang dilakukan secara tidak benar tidak akan mencapai tujuannya bahkan dapat menyebabkan cidera dan penyakit-penyakit olahraga. Selain itu porsi dan jenis olahraga juga harus disesuaikan dengan kondisi fisik kita, usia dan ketersediaan waktu untuk melakukan olahraga. Kedua penulis buku ini secara jeli melihat masalah-masalah yang terkait dengan olahraga dan kebugaran fisik serta menuliskannya dengan secara ringkas, padat dan jelas dengan menggunakan bahasa yang mudah dicerna dan dimengerti. Tulisan dalam buku ini sangat sistimatis dengan menguraikan terlebih dahulu latar belakang masalah dan definisi-definisi atau istilah terkait kesehatan, kebugaran dan olahraga, setelah itu baru membahas olahraga secara lebih teknis dan manfaatnya. Buku ini dikemas dalam bahasa dan untaian kata yang sederhana dan lugas serta mengalir laksana air dipegunungan sehingga mudah untuk dimengerti dan enak untuk dibaca. Selain itu buku ini mengajak para pembaca untuk mau melakukan olahraga secara rutin dengan menggunakan bahasa yang halus sehingga pembacapun tergugah untuk secara sukarela dan dengan kesadaran sendiri melakukan kegiatan olahraga secara rutin. Illustrasi contoh dan gambar-gambar yang disajikan pada buku ini juga melukiskan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan nyata sehari-hari. viii ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOAkhirnya kami dari Pengurus Besar Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia PB-PAAI sekali lagi mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua penulis atas terbitnya buku ini yang merupakan bukti nyata sumbangsih ilmu pengetahuan untuk kehidupan masyarakat sekaligus pengabdian kepada masyarakat. “Al Ilmu bi la amal kassajar bi la tammar” Ilmu yang tidak diamalkan laks ana pohon yang tiada buah. Demikianlah pepatah dalam bahasa arab yang mendorong kita semua agar mau mengamalkan ilmu yang kita telah dapatkan. Semoga kita semua dapat mencontoh apa yang sudah dilakukan oleh kedua penulis ini. Sebagai penutup kata sambutan ini marilah kita renungkan ucapan Ibnu Mas’ud RA, salah seorang sahabat Rasulullah yang mengatakan “I’malu lidunyaka kaannaka taisu Abadan wa’ malu lil akhiratika kaannaka tamuttu ghoddan” yang artinya bekerjalah kamu untuk dunia kamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan bekerjalah kamu untuk akhirat kamu seakan-akan engkau akan mati esok pagi.” Selamat membaca. Sekian dan Terima Januari 2020Pengurus Besar Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia PB-PAAIKetua Umumdr. H. Ahmad Aulia Jusuf, AHK, PhD ixAKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANUCAPAN TERIMA KASIHSaya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan ide dan menyelesaikan buku ini. Keluarga, sahabat, baik yang melakukan aktivitas fisik maupun tidak, atau yang sekedarnya saja melakukan aktivitas fisik, semoga dengan adanya buku ini dapat menambah pengetahuan dan menggerakkan kita lebih baik dan lebih banyak melakukan aktivitas fisik yang Arif Wicaksono Saya ucapkan terima kasih kepada keluarga saya atas dukungan mereka selama penulisan buku ini. Saya juga ucapkan terima kasih kepada Ikcia Margasia yang menjadi inspirasi saya dalam menulis buku Willy Handoko x ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO xiAKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANDAFTAR ISIKata Pengantar Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak ...................................................................... iiiKata Pengantar Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia ................................ vUcapan Terima Kasih ............................................................ ixDaftar Isi ................................................................................. xiBAB I. Pendahuluan .............................................................. 1BAB II. Kesehatan .................................................................. 5BAB III. Aktivitas Fisik dan Olahraga ................................... 16BAB IV. Manfaat Aktivitas Fisik ............................................. 29BAB V. Rekomendasi ............................................................. 39BAB VI. Kesimpulan ............................................................... 53Daftar Pustaka ....................................................................... 55Tentang Penulis ..................................................................... 63 xii ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO 1AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATAN“Lari?Bulutangkis?Bola?Atau bersepeda?”Suatu minggu pagi. Masyarakat di salah satu kota di pulau Kalimantan sedang memenuhi ruas jalan utama di kota tersebut untuk melakukan Car Free Day CFD. Pada hari tersebut selama 3-4 jam ruas jalan ditutup biarpun tidak sepenuhnya untuk memberikan kesempatan pada masyarakat untuk meminimalisasi penggunaan alat transportasi bermotor seperti mobil seperti judulnya, CFD dan kendaraan bermotor lain seharusnya sehingga dapat melakukan aktivitas atau olahraga menggunakan badannya sendiri dan mungkin beberapa alat bantu lain sesuai olah raga yang dilakukan. Dapat kita lihat ada yang melakukan senam, ada yang berjalan, berlari dan IPENDAHULUAN 2 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOGambar 1. Suasana CFDApa yang akan kita lakukan saat ada waktu senggang? Bisa apa saja. Berkumpul dengan keluarga, dengan teman, melakukan apa yang menjadi kegemaran kita, atau hanya bersantai. Kegemaran yang kita lakukan ada beberapa yang merupakan aktivitas fisik atau olahraga. Olahraga dapat membantu kita untuk lebih bugar dan lebih sekali jenis olahraga, bisa dilakukan secara individu maupun berkelompok. Ada yang berolahraga karena memang merasa perlu, ada yang berolah raga karena ikut keluarga atau teman, ada yang berolahraga untuk prestasi, ada yang saat ingin saja berolah raga, ada yang berolah raga untuk mencapai tujuan tubuh tertentu atau ada yang berolahraga hanya untuk bertemu teman saja. 3AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANGambar 2. Olahraga sepak bolaKemajuan teknologi pada masa ini memunculkan konsep bahwa tidak perlu lagi melakukan aktivitas fisik. Hal ini tidak benar karena perilaku sedenter atau berada dalam suatu posisi yang terlalu lama merupakan suatu kebiasaan hidup yang mengancam kesehatan kita dan dapat menyebabkan kemunduran pada fungsi pelajar atau mahasiswa atau orang yang bekerja di kantor, akan menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam posisi duduk. Mereka kemudian menlakukan aktivitas lain, dengan posisi duduk lagi. Hal ini dapat menyebabkan tubuh berada dalam satu posisi yang sama, dalam waktu lama dan faktor resiko dari penyakit kardiovaskular berhubungan dengan gaya hidup modern. Gaya hidup modern 4 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOini tidak dapat memberikan kita aktifitas fisik yang cukup untuk menjaga kesehatan tubuh, mengembangkan atau menjaga tonus otot, berat badan ideal atau Pelajar, mahasiswa, pekerja kantor dan ibu rumah tangga harus menyempatkan diri melakukan aktivitas fisik atau olahraga untuk tetap dapat menjalankan fungsi-fungsi normal dari tubuh, menjaga kesehatan dan kebugaran. 5AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANBAB IIKESEHATAN“Lari yuk supaya sehat!Memangnya selama ini kita sehat?Aku jarang sakit. Tidak pernah ke dokter.”Kebanyakan masyarakat sekedar menjalani kehidupan yang monoton. Bangun di pagi hari, ada yang sarapan ada yang tidak. Pergi ke sekolah atau ke tempat kerja. Belajar atau bekerja. Makan siang, ada juga yang tidak sempat sampai akhirnya makan di sore maupun malam hari. Pulang. Kemudian istirahat. Ada yang tidur cukup ada yang tidur larut malam bahkan dini hari baru tidur. Berulang kembali. Ada yang merasa baik-baik saja, ada yang merasa kadang-kadang tidak enak badan, ada yang rajin memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan, ada yang sesukanya, ada yang tidak pernah periksa kesehatan. 6 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOOlah raga dapat membantu kita lebih bugar dan menjaga kesehatan. Apakah benar? Sebelum membahas olah raga dan kesehatan, akan lebih baik jika kita membahas dulu tentang kesehatan atau mungkin terdengar asing bagi orang awam. Namun organisasi yang memiliki nama panjang World Health Organization ini merupakan organisasi kesehatan dunia atau dengan terjemahan Lembaga Kesehatan Dunia yang diampu langsung oleh Perserikatan itu apa? Pengertian sehat menurut WHO ada-lah “Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity, yang berarti sehat adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial , tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat. Pengertian sehat ini merupakan suatu keadaan ideal, dari sisi biologis, psikologis, dan sosial sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas secara memiliki tugas untuk mendefinisasikan mak-na kesehatan dan penyakit termasuk pengawasan terhadap penanganan penyakit endemik serta obat-obatan di seluruh dunia. Pada pernyataannya yang dikeluarkan tahun 1947, WHO mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan mental, fisik dan kesejahteraan sosial yang berfungsi secara normal dan tidak hanya dari keabsenan suatu 7AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANGambar 3. Suasana di Rumah SakitTerdapat tiga karakteristik yaitu merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia, memandang sehat dalam konteks internal dan eksternal dan sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif. Sehat bukan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses. Proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, diet seimbang, bekerja, istirahat, tidur, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik. 8 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOMenurut WHO ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam defenisi sehat yaitu21. Sehat Jasmani; sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologis tubuh berjalan Sehat Mental; sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” Men Sana In Corpore Sano.3. Sehat Spritual; spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental, dan kesehatan tentu bukan merupakan kata baru dalam kamus keseharian warga terutama keutamaan atau penting nya frasa yang diambil dari kata sehat ini. Kesehatan merupakan impian siapa pun untuk terhindar dari berbagai penyakit agar aktifitas menjalankan kegiatan sehari-hari menjadi lancar 9AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANtanpa gangguan suatu apa pun. Masyarakat umum nya tidak memperdulikan kesehatan mereka sendiri sampai kemudian mereka benar-benar sakit dengan kata lain orang cenderung ingin sehat ketika mereka dalam posisi sakit sementara mereka berada dalam kondisi sehat atau fit maka kesehatan akan dilupakan dengan tidak memperhatikan pola makan, istirahat dan aktifitas yang beberapa pengertian kesehatan5Paune, Seorang ahli dalam dunia medis, menjelaskan bahwa kesehatan adalah kenormalan pada fungsi-fungsi organ tubuh dalam menjalankan fungsi nya tanpa gangguan rasa nyeri atau kegagalan fungsi dalam melakukan pada tahun 1938 megungkapkan bahwasannya kesehatan merupakan keseimbangan yang dinamis antara fungsi dan bentuk tubuh dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar yang mempengaruhi kedua elemen 4. Salah satu bentuk pemeriksaan kesehatan 10 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOWhite, seorang dokter memiliki cara untuk mengartikan kesehatan secara sederhana. Menurut White, kesehatan merupakan keadaan normal pada seseorang yang tidak memiliki keluhan atau absennya gejala-gejala penyakit yang diidentifikasi secara medis pada saat proses pemeriksaan berbeda dengan pendapat Paune, Perkins, mau pun White, Neuman mengartikan kesehatan sebagai bentuk keseimbangan antara fisik, psikis, sosial, spiritual, budaya dan biopsiko pada tubuh seseorang dimana dapat disimpulkan bahwa Neuman juga mengarah pada makna sehat secara jiwa. Sehat berasal dari bahasa Arab ash-shihhah yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula 1 dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya bebas dari sakit, waras, 2 mendatangkan kebaikan pada badan, 3 sembuh dari sakit. Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shihhah yaitu al-afiah yang berarti ash-shihhah at-tammah sehat yang sempurna . Kedua kata ash-shihah dan al-afiah sering digabung menjadi satu yaitu ash-shihhah wa al’afiah, yang apabila diIndonesiakan menjadi sehat wal afiat’ dan artinya sehat secara menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/ kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992, yang diberbarui dengan Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009, sehat adalah keadaan sejahtera 11AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANdari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan Kesehatan tentu memiliki definisi tersendiri bagi warga Indonesia untuk dapat lebih memahami dan peduli pada kesehatan mereka sendiri. Departemen kesehatan merupakan lembaga yang berada dalam naungan langsung Kementerian Kesehatan oleh karena nya pengertian kesehatan secara langsung didefinisikan oleh Kemenkes sementara Depkes hanya tinggal menyebarluaskan saja. Definisi kesehatan menurut Kemenkes merupakan keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan jiwa pada seseorang untuk dapat melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti dimana ada kesinambungan antara kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang termasuk dalam melakukan interaksi dengan oleh masyarakat masih dianggap penting setelah orang tersebut dalam keadaan sakit. Namun, tentu akan lebih baik untuk dapat melakukan pencegahan dengan menjaga kesehatan daripada telah mendengar definisi sehat dari berbagai ahli. Kali ini kita akan membahas kesehatan menurut Undang-undang, karena kita adalah warga negara Indonesia. “Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.”7, 8Menurut pemerintah Indonesia, sehat memiliki beberapa aspek 12 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO1. Fisik Sehat secara fisik berarti tidak terdapatnya penyakit tertentu atau kecacatan. Hal ini dapat diperoleh dari pemeriksaan dokter atau dokter Mental Sehat secara mental berarti jiwa orang tersebut baik, tidak mengalami gangguan kejiwaan. Hal ini dapat diperoleh dari pemeriksaan ahli jiwapsikiater atau Spiritual Sehat secara spiritual berarti orang tersebut dalam keadaan beragama, mempercayai tuhan dan melakukan segala sesuatu seperti ajaran agama yang dipercayainya. Hal ini sulit menilainya, dikembalikan lagi pada pribadi yang Sosial Sehat secara sosial berarti orang tersebut dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan orang lain yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari, di lingkungan dan di sekitar. Hal ini dapat dilihat dari interaksi sehari-hari, bisa juga dilakukan pengamatan oleh ahli Produktif Produktif disini dapat diartikan orang tersebut memiliki penghasilan sehingga memiliki nilai ekonomis untuk dirinya. Untuk yang belum bekerja atau berpenghasilan, produktif disini berarti tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari yang menjadi aktivitas utamanya saat itu, misalnya pelajar produktifnya belajar, mahasiswa/i produktifnya kuliah. Hal 13AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANini disesuaikan dengan keadaan orang tersebut saat ternyata punya pengertian yang sangat mendalam. Seseorang dikatakan sehat sesungguhnya apabila memenuhi ke lima aspek tersebut. Sekarang bayangkan jika seseorang baru bisa dikatakan sehat apabila ada bukti tertulis tentang lima aspek tersebut. Jadi kita harus pergi ke 1. Dokter umum, untuk mendapatkan surat keterangan sehat jasmani2. Dokter Spesialis Jiwa, untuk mendapatkan surat keterangan sehat rohani/mental3. Pemuka agama/tokoh agama, untuk mendapatkan surat keterangan sehat secara spiritual, yang mungkin akan sangat sulit diperoleh karena tidak lazim dan dimensinya sangat kualitatif4. Ketua RT/teman, untuk mendapatkan surat keterangan sehat secara social. Sekali lagi aneh rasanya kita meminta surat untuk menandakan kita memang bisa bersosialisasi dengan baik, dan keterangan berapa banyak teman yang kita punya untuk menandakan hal Atasan kita sebagai pemberi kerja, kita sendiri jika punya pekerjaan sendiri, atau surat keterangan smasih sekolah / kuliah, untuk mendapatkan surat keterangan sehat secara ekonomis/ saat ini kita memang belum bisa menyatakan kita sehat sampai ke lima aspek tersebut secara baik dan rinci, akan tetapi lebih baik jika kita sudah mulai berpikir kea rah lima aspek tersebut, untuk mendapatkan kesehatan yang paripurna. 14 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOKita akan membahas lebih lanjut kesehatan fisik, parameter kesehatan fisik dan beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kesehatan fisik kita. Ada banyak definisi mengenai sakit, yang paling mudah dimengerti adalah bergesernya parameter kesehatan seseorang. Seseorang dikatakan sehat apabila memenuhi parameter tertentu. Berarti bahwa ada kondisi tertentu, ada alat ukur tertentu, ada mekanisme pengukuran yang baik dan ada adalah dengan memperhatikan tanda-tanda vital dari seseorang, yang mencakup 101. Tekanan Darah2. Nadi3. Pernafasan4. SuhuTekanan darah misalnya, memiliki batasan normal terdapat standarisasi internasional maupun nasional. Alat pengukurnya adalah tensi meter yang sudah dikalibrasi dalam keadaan yang baik. Mekanisme pengukurannya ada waktu, tempat, posisi, cara melakukannya dengan baik. Pengukunya adalah tenaga kesehatan yang tekanan darah 120/80 mmHg dianggap normal atau kategori sehat, maka jika ada pergeseran baik turun maupun naik maka itulah yang dinamakan dengan pergeseran parameter kesehatan ke arah sakit. 15AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANGambar 5. Pengukuran tekanan darahHal yang sama dapat dilakukan pada pengukuran nadi, pernafasan dan suhu tubuh. Apabila kita ingin melakukannya pada hal lain, misalnya pada pengukuran status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh, yang merupakan salah satu cara menentukan status gizi dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan, maka diperlukan timbangan yang sudah terkalibrasi dengan baik, alat pengukur tinggi badan yang standar, penilai yang sudah terlatih, baru kemudian dimasukkan dalam penghitungan sesuai rumus yang telah 16 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOBAB IIIAKTIVITAS FISIKDAN OLAHRAGA“Eh. Olah raga yuk?Olahraga? Gue mau exercise aku training saja.”Kota Pontianak menggelar acara Pontianak City Run pada bulan Februari 2019. Acara ini merupakan lomba lari yang dibagi menjadi beberapa kategori yaitu Kids Run 1K untuk anak usia sekolah dasar, Indonesian Only 5K untuk peserta Warga Negara Indonesia, Indonesian Only 10K untuk peserta Warga Negara Indonesia dan International 10K untuk peserta Warga Negara Asing dan Warga Negara Indonesia. Acara ini diikuti oleh sekitar 5000 peserta dengan jalur lari di kota Pontianak, para peserta dapat berlari sambil melihat Sungai Kapuas dan anak sungainya. 17AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANSaat membahas olahraga, akan banyak sekali istilah-istilah, mulai dari olahraga itu sendiri, aktivitas fisik, training, exercise dan practice. Kita akan bahas satu demi satu supaya lebih jelas ya. Apa itu aktifitas fisik? Kita sering mendengar penggunaan kata-kata seperti olahraga dan aktifitas fisik dalam pembicaraan sehari-hari. Majalah kesehatan atau koran juga sering kali membahas tentang manfaat dari olahraga. Kadang tenaga kesehatan juga sering menganjurkan olahraga dan aktifitas fisik sebagai bagian dari promosi hidup sehat. Penjelasan dari tenaga kesehatan kadang tidak begitu terinci aktifitas seperti apa sebenarnya yang harus dilakukan dalam mendapatkan manfaat untuk kesehatan. Yang menjadi pertanyaan apakah kedua arti kata/terminologi kata tersebut mempunyai makna yang sama?Gambar 6. Salah satu bentuk aktivitas fisikAktifitas fisik dan olahraga mempunyai makna yang berbeda. Aktifitas fisik dapat diartikan sebagai segala bentuk 18 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOgerakan tubuh yang terjadi oleh karena kontraksi otot skelet/rangka yang menyebabkan peningkatan kebutuhan kalori atau penggunaan kalori tubuh melebihi dari kebutuhan energi dalam keadaan istirahat resting energy expenditure. 12Resting energy expenditure adalah energi dalam bentuk kalori yang diperlukan/digunakan oleh tubuh dalam keadaan istirahat dalam satu hari. Contohnya pada seorang lelaki dewasa memerlukan rerata 1500 kkal untuk kebutuhan energi harian dalam keadaan istirahat. Pada saat seseorang melakukan akfititas fisik, maka diperlukan energi lebih untuk digunakan untuk aktifitas fisik tersebut. Tergantung dari aktifitas fisik yang dilakukan seberapa intensitasnya, semakin tinggi intensitasnya makan kebutuhan energi yang diperlukan juga semakin fisik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dan berkesinambungan yang melibatkan gerakan tubuh berulang serta ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani .14Exercise adalah aktivitas fisik yang dilakukan dalam waktu senggang, tidak direncanakan secara detail dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tubuh dan peningkatan kebugaran Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dan berkesinambungan yang melibatkan gerakan tubuh berulang dengan aturan aturan tertentu yang ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan merupakan salah satu aktifitas fisik yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan tertentu, misalnya untuk 19AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANpertandingan atau acara kompetesi olahraga tingkat nasional maupun internasional. Olahraga juga dapat dilakukan sebagai bagian dari hobi seseorang atau untuk mendapat keterampilan tambahan misalnya seperti berenang dan bersepeda. 13Training adalah aktivitas fisik yang dilakukan dengan sistematis dalam periode waktu tertentu secara berkesinam-bungan dengan tujuan mencapai sebuah target prestasi olah adalah aktivitas fisik yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan kemahiran berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraga semua jenis aktifitas fisik membutuhkan atau membakar jumlah kalori yang sama. Ada beberapa aktifitas fisik yang ringan membakar kalori tambahan yang sedikit pula, misalnya seperti berjalan kaki. Semakin berat aktifitas fisik seperti berenang atau berlari dijalan yang menanjak, maka kebutuhan kalori juga meningkat lebih banyak. Adapun aktifitas fisik dapat diklasifikasikan menurut Terdapat 3 klasifikasi intensitas aktifitas fisik menurut metabolic equivalents METs. METs adalah rasio relatif peng-gunaan energi oleh seseorang terhadap masa tubuh orang tersebut. Misalnya seseorang yang sedang duduk terdiam dihitung menghabiskan 1 METs. Klasifikasi aktifitas fisik menurut intensitas adalah sebagai berikut 121. Intensitas Ringan adalah aktifitas fisik dengan kurang dari 3 20 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOMETs. Contohnya antara lain adalah berjalan kaki, mencuci piring, bersetrika, memasak, memancing, memainkan instru-ment alat Intensitas Sedang adalah aktifitas fisik antara 3 – 5,9 METs. Contohnya adalah berjalan cepat, mencuci mobil, menyapu dan mengepel lantai, kegiatan pertukangan, atau beberapa jenis olahraga seperti main badminton, bola basket, tenis Intensitas Berat adalah aktifitas fisik diatas 6 METs. Contohnya seperti berjalan cepat di jalan menanjak, berlari, mencangkul, mengangkat beban berat, bersepeda, bermain sepak bola, berenang, bermain bola tenis dan bola 7. Aktivitas yang dapat dilakukan di rumah16 21AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANGambar di atas menunjukkan beberapa hal yang merupakan kegiatan sehari-hari, yang dapat dilakukan di rumah, untuk para pemula yang baru akan melakukan aktivitas fisik dengan intensitas yang rendah. Semakin ke bawah, mengikuti gambar tersebut, intensitas akan semakin tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar 8. Aktivitas yang dapat dilakukan di luar rumah atau tempat kebugaran/olahraga16Dua gambar paling atas merupakan aktivitas fisik dengan intensitas rendah-sedang, untuk para pemula yang baru akan melakukan aktivitas fisik dengan intensitas yang rendah-sedang. Gambar di bawahnya untuk orang yang lebih sering melakukan aktivitas fisik dan orang yang sudah terlatih untuk melakukan aktivitas fisik seperti yang ada di gambar. 22 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOSemakin ke bawah, gambar akan menunjukkan aktivitas fisik dengan intensitas yang semakin tinggi, dan semakin banyak energi yang akan dikeluarkan. Angka pada yang terdapat pada setiap baris warna menunjukkan sedenter keadaan tidak bergerak atau terdiam saja dalam waktu yang lama berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Periode duduk dan sedenter berkaitan erat dengan meningkatnya resiko gangguan pada kesehatan. Hal ini menjadi perhatian bagi peneliti di bidang kesehatan masyarakat, banyak peneliti menemukan kebanyakan orang dewasa menghabiskan lebih dari 50% waktu kesehariannya dalam keadaan sedenter, yaitu terlalu lama menonton televisi atau bermain komputer atau Penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku sedenter ini meningkatkan resiko kematian karena penyakit kardiovaskular, penyakit kanker, dan diabetes; walaupun orang tersebut aktif secara fisik intensitas ringan. Perilaku hidup sedenter ditemukan pada sekitar 30% penduduk dunia. Penduduk Amerika hanya sekitar 50% yang memenuhi kriteria pedoman aktifitas Data dari Indonesia sampai saat ini belum fisik yang dilakukan secara teratur dengan intensitas yang dianjurkan sesuai umur dan kemampuan diketahui dapat meningkatan kebugaran dan kesehatan tubuh seseorang. Petugas kesehatan dalam hal ini dokter keluarga, sering menganjurkan kepada pasiennya yang memiliki faktor resiko untuk penyakit degeneratif, untuk dapat melakukan aktifitas fisik secara teratur. 19 23AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANGambar 9. Aktivitas fisik berenang pada anak-anakAktifitas fisik tidak hanya disarakan kepada mereka yang memiliki resiko, kepada orang dewasa sehat juga disarankan untuk melakukan aktifitas fisik secara teratur. Pada anak-anak, dokter juga sering menyarankan untuk memperbanyak waktu untuk aktifitas fisik diluar ruang, karena seperti kita ketahui anak-anak usia sekarang cenderung tidak aktif dan berada di rumah untuk bermain gadget. Anak-anak yang tidak melakukan aktifitas fisik sangat rentan dengan penyakit obesitas, yang nantinya menjadi faktor resiko untuk penyakit lainnya di masa Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik 201. Lingkungan makro yaitu faktor sosial ekonomi akan 24 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOberpengaruh terhadap aktivitas fisik. Pada kelompok masyarakat dengan latar belakang sosial ekonomi relatif rendah, memiliki waktu luang yang relatif sedikit bila dibandingkan masyarakat dengan latar belakang sosial ekonomi yang relatif lebih baik. Kesempatan kelompok sosial ekonomi rendah untuk melakukan aktivitas fisik yang terprogram serta terukur tentu akan lebih rendah bila dibandingkan kelompok sosial ekonomi tinggi. Jenis aktivitas fisik juga akan berbeda antar kelompok. Gambar 10. Olahraga golf 25AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATAN2. Lingkungan mikro yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik adalah pengaruh dukungan masyarakat sekitar. Dewasa ini sudah terjadi perubahan dukungan masyarakat terhadap aktivitas fisik, masyarakat sudah beralih kurang memperlihatkan dukungan yang tinggi terhadap orang yang masih berjalan kaki kalau pergi ke pasar, ke kantor, ataupun ke sekolah. Kebiasaan masyarakat untuk mengisi waktu luang dengan bermain diluar rumah sudah mulai ditinggalkan diganti dengan kebiasaan menonton televisi, bermain playstation dan game computer serta bermain gadget/ 11. Kebiasaan Bermain Gadget3. Faktor individu seperti pengetahuan dan persepsi tentang hidup sehat, motivasi, kesukaan berolahraga, harapan tentang keuntungan melakukan aktivitas fisik akan 26 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOmempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas fisik. Orang yang memiliki pengetahuan dan persepsi yang baik terhadap hidup sehat akan melakukan aktifitas fisik dengan baik, karena mereka yakin dampak aktifitas fisik tersebut terhadap kesehatan. Apalagi orang yang mempunyai motivasi dan harapan untuk mencapai kesehatan optimal, akan terus melakukan aktifitas fisik sesuai anjuran kesehatan. 4. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap seseorang rutin melakukan aktifitas fisik atau tidak adalah faktor umur, genetik, jenis kelamin dan kondisi suhu dan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas fisik, yaitu intensitas, durasi dan Penelitian Knehr menyatakan bahwa efek aktivitas fisik yang paling dramatis bisa muncul pada minggu-minggu pertama latihan, kemudian muncul kembali perubahan/ keuntungan tersebut dalam bulan-bulan atau tahun-tahun selanjutnya jika program tetap dilakukan. Aktivitas fisik ringan seperti berjalan, yang dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama akan memberikan keuntungan fisiologis yang sama dengan berlari atau aktivitas fisik dengan intensitas lebih tinggi. Peneliti menyebutkan diperlukan tingkat intensitas minimal aktivitas fisik yang berhubungan dengan denyut jantung untuk dasar fisiologisnya. The American College of Sport Medicine ACSMmenganjurkan 60-90% intensitas maksimal atau setara dengan 50-85% ambilan oksigen maksimumV02 max.Karvonen mengusulkan denyut jantung 135-150 x/menit 27AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANatau sekitar 60 % intensitas maksimal. Roskamm menyatakan bahwa dengan denyut jantung diatas 130 x/menit atau sekitar 70 % intensitas maksimal diperlukan untuk memperoleh efek latihan fisik yang Durasi latihan adalah jumlah keseluruhan waktu yang digunakan untuk latihan fisik dengan satuan menit per Frekwensi latihan fisik adalah berapa kali latihan dilakukan dalam satu minggu. Durasi dan frekwensi bersama-sama menunjukkan total durasi mingguan yaitu total menit latihan dalam satu 12. Pemanasan dalam Salah Satu Olahraga Bela DiriKuntzleman menyatakan ada empat tingkat durasi latihan fisik 28 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO1. 15-30 menit, 3 kali seminggu untuk memperbaiki kebugaran2. 30 menit, 4 kali seminggu untuk mengontrol berat badan3. 30-45 menit, 4 kali seminggu untuk mengontrol lemak darah4. 45-60 menit, 3 kali seminggu untuk mencapai euphoric highPollock menyatakan bahwa 45 menit latihan 2 kali seminggu pada intensitas maksimal 80 % dapat memberikan pengaruh pada perbaikan fungsi menyatakan bahwa 16-60 menit latihan 3-5 x/minggu dapat memperbaiki fungsi kardiovaskular. Durasi bergantung pada intensitas aktivitas, aktivitas yang ringan harus dilakukan lebih lama. Untuk memperoleh rasa kebugaran yang baik dan memandang masalah atau keselamatan yang potensial ditimbulkan oleh aktivitas berat, maka aktivitas fisik ringan sampai sedang dalam waktu yang lama dianjurkan untuk orang dewasa yang bukan 29AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATAN“Mau ke gym dulu. Biar six dulu. Supaya latihan. Biar kenceng ototnya”Pada acara-acara tertentu, sekolah, kantor atau instansi akan menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas fisik, seperti gerak jalan, sepeda santai, berbagai jenis senam dan kegiatan olahraga. Sekolah memiliki jam olahraga untuk masing-masing kelas, dan memiliki kegiatan ekstrakulikuler olahraga di sore hari pada hari sekolah dan pagi atau sore hari pada hari tidak masuk sekolah. Kantor dan instansi pemerintah juga memiliki waktu untuk olahraga setidaknya satu kali dalam satu minggu. Individu tertentu ada yang mengikuti olahraga tertentu secara rutin, ada yang pergi ke pusat kebugaran, ada yang berolahraga sesuai hobi, yang bisa dilakukan sendiri, berkelompok, bersama keluarga atau IVMANFAAT AKTIVITAS FISIK 30 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOPada tanggal 23 Agustus 2013, PBB menetapkan tanggal 6 April sebagai Hari Internasional Olahraga untuk Pembangunan dan Perdamaian. Tanggal 6 April dipilih karena merupakan tanggal pembukaan Olimpiade pertama di Athena, Yunani tahun Olahraga Nasional diperingati setiap tanggal 9 September oleh Bangsa Indonesia melalui Keputusan Presiden Keppres Nomor 67 tahun 1985. Hari Olahraga Nasional merupakan wujud nyata kepedulian pemerintah akan pentingnya pendidikan olahraga. Penetapan Hari Olahraga Nasional dipilih dengan dasar sebagai tanggal pembukaan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional PON pertama di Surakarta, Jawa Tengah pada 9-12 September merupakan ilmu yang mempelajari tentang fungsi tubuh manusia dan bagaimana proses itu terjadi secara spesifik. Ilmu ini dikembangkan lagi menjadi bagaimana fungsi tubuh manusia ditingkatkan kemampuannya untuk menjaga dan memperbaiki kesehatan tubuh. Beberapa penelitian dilakukan pada atlit dengan memperhatikan olahraga sebagai latihan, untuk melihat adanya perubahan fisiologis dibandingkan dengan yang bukan atlit. Fisiologi olahraga membahas tentang aspek-aspek olahraga, dan banyak penelitian yang menunjukkan hubungan antara olahraga dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Beberapa penelitian awal tentang hal ini juga mengarah ke performa 31AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANGambar 13. Pertandingan FutsalPada zaman dahulu, sudah ada yang menggunakan fisiologi olahraga pada masa Babilonia, Persia, Mesir, India dan China dalam kapasitas kebugaran atlit-atlit yang akan ikut dalam perlombaan atau pertandingan olahraga. Beberapa penelitian selanjutnya juga memperlihatkan tentang olahraga, permainan dan hubungannya dengan kebersihan personal, latihan fisik dan aktivitas fisik. Peneltian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik, nutrisi, jenis aktivitas, performa atlit, dan kesehatan serta pencegahan penyakit. 25Olahraga memiliki peran sejarah yang penting di semua kalangan masyarakat, baik dalam bentuk olahraga, aktivitas fisik maupun permainan. Berikut manfaat aktivitas fisik menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB261. Peningkatan fisik individu2. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit3. Kesetaraan gender 32 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO4. Integrasi dan pembangunan sosial5. Pencegahan dan resolusi konflik6. Penenang paska bencana/trauma dan normalisasi kehidupan7. Pembangunan ekonomi8. Pergerakan komunikasi dan sosialOlahraga memiliki banyak manfaat bukan dari sisi kesehatan seseorang atau masyarakat, tetapi menyentuh banyak sisi, seperti kesetaraan gender, dimana banyak atlit wanita atau perempuan yang mengikuti olahraga atau aktivitas fisik seperti yang kaum pria lakukan. Olahraga juga dapat menjadi penenang atau obat saat seseorang sedang stres atau baru saja mngalami kejadian buruk seperti kecelakaan, musibah karena alam dan hal 14. Pertandingan Tae Kwon DoKita sering mendengar kata-kata fit, fitness, yang dalam bahasa Indonesia berarti bugar atau kebugaran. Kebugaran disini 33AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANtentu saja adalah kebugaran tubuh atau kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang jasmani yang baik dapat diperoleh dengan melakukan dan meningkatkan aktivitas fisik terprogram, secara baik, benar, terukur dan teratur. Manfaat aktivitas fisik menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah sebagai berikut 14ASPEK FISIK1. Menurunkan Risiko terjadinya penyakit Memperkuat otot jantung dan meningkatkan kapasitas Mengurangi resiko penyakit pembuluh darah tepi4. Mencegah, menurunkan, atau mengendalikan tekanan darah tinggi 5. Memperbaiki profil lemak darah6. Mengendalikan berat badan7. Mencegah, menurunkan, atau mengendalikan gula darah8. Mencegah atau mengurangi risiko osteoporosis9. Memperbaiki fleksibilitas otot dan sendi serta memperbaiki postur tubuh10. Meningkatkan sistem kekebalan tubuhASPEK PSIKOLOGIS1. Meningkatkan kepercayaan diri 34 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO2. Membangun sportivitas3. Memupuk tanggung jawab4. Membantu mengendalikan stres5. Mengurangi kecemasan dan depresiASPEK SOSIO-EKONOMI1. Menurunkan biaya pengobatan2. Menurunkan angka absensi kerja3. Meningkatkan produktivitas4. Menurunkan penggunaan sumber daya5. Meningkatkan gerakan masyarakat sehatManfaat dari aktifitas fisik dan olahraga yang dilakukan secara teratur diketahui dapat menurunkan resiko penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, stroke, osteoporosis, sindrom metabolik, obesitas dan berbagai jenis penyakit kanker. 19Berjalan merupakan aktivitas fisik yang menggunakan sistem aerob/aerobik. Sistem aerobik merupakan oksidasi bahan makanan yang ada di mitokondria untuk menyediakan energi. Aktivitas fisik akan menyebabkan hal-hal berikut ini 271. Bertambahnya kekuatan otot2. Hipertrofi otot3. Perubahan pada serabut ototBerjalan sebagai aktivitas aerobik termasuk juga pada aktivitas isotonik yang berarti terjadi kontraksi yang sama tekanannya pada otot. Aktivitas isonotik dapat dibagi lagi 35AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANmenjadi1. Isotonik konsentrik. otot mengalami pemendekan dan terjadi gerakan, seperti saat fleksi dan isotonik eksentrik, otot mengalami pemanjangan saat me-lan jutkan gerak/ merupakan contoh paling sederhana pada aktivitas isotonik yang bisa dilakukan oleh segala fisik ringan yang dilakukan secara teratur dapat memperbaiki fungsi fisiologis tubuh. Berjalan memperlihatkan efek yang bermakna pada parameter fisiologis seperti tekanan darah dan denyut jantung. Berjalan secara teratur dapat menurunkan resiko dan dapat mencegah kejadian penyakit-penyakit kardiovaskular. Setiap individu harus sadar akan kesehatan dan menghindari gaya hidup yang tidak banyak fisik meliputi banyak bentuk dari pergerakan manusia seperti berjalan, bersepeda dan berolahraga. Bersepeda akan menaikkan rerata pernafasan tetapi tidak sampai mengalami sesak nafas. Energi yang digunakan akan mencapai kira-kira 60% VO2max, yang merupakan ambilan oksigen maksimum dan biasa digunakan untuk pengukuran standar kebugaran kota-kota besar dan padat bersepeda mungkin jadi hal yang tidak menyenangkan terkait kemacetan, banyaknya kendaraan lain dan arus lalu lintas. Keadaan ini juga tidak baik karena akan terlalu banyak berhenti daripada mengayuh sepeda. Bersepeda dapat memberikan manfaat bagi kesehatan seperti 36 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOkebugaran, menjaga tekanan darah dan menjaga berat 15. BersepedaAktivitas fisik dapat memiliki efek yang lama untuk kesehatan otak. 32Penelitian yang dilakukan baru baru ini mengenai latihan fisik menunjukkan bahwa latihan fisik dapat mengendalikan penyakit-penyakit saraf dan metabolik. Bukti ilmiah memperlihatkan bahwa latihan fisik dapat mempengaruhi kapasitas mekanisme epigenetic. Mekanisme epigenetik ini akan mengatur plastisitas kognitif dan sinaps pada saraf otak sehingga akan memelihara otak dengan lebih otak, ada bagian yang bernama hipokampus, yang berperan penting pada fungsi kognitif seseorang. Kognitif adalah cara kita belajar, memahami kemudian bertindak secara rasional. Penurunan fungsi kognitif akan terjadi pada saat kita mulai menua ini disebut proses degeneratif, penyakit Alzheimer 37AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANdan penyakit Parkinson. Latihan fisik dapat memberikan efek yang baik untuk hipokampus sehingga dapat melindungi dan memelihara fungsi kognitif Penelitian selanjutnya mengenai latihan fisik juga memberikan hasil peningkatan volume darah, aliran darah ke otak dan pembentukan pembuluh darah kecil baru, yang sangat berguna pada penyakit-penyakit saraf dan ginjal. Latihan fisik dapat dilakukan sebagai terapi untuk penyakit saraf dan penyakit ginjal. 35Latihan fisik yang dilakukan oleh pemuda dan dewasa muda memiliki efek yang baik pada ingatan. Latihan yang dilakukan sebentar maupun berkesinambungan cukup lama terbukti dapat meningkatkan parameter-parameter ingatan. Latihan fisik yang dilakukan harus memenuhi intensitas optimal, durasi, waktu pemulihan dan waktu melakukan Latihan kardio dan ingatan memiliki hubungan yang sangat kompleks. Pada salah satu penelitian, berfokus pada waktu melakukan latihan sebagai faktor penting dalam pembentukan ingatan. Waktu yang tepat melakkukan latihan akan berpengaruh pada ingatan seseorang saat diberikan informasi baru. 37Penelitian oleh Loprinzi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kompleks antara latihan dan ingatan, yang perlu diperhatikan adalah intensitas latihan, waktu melakukan latihan dan jenis ingatan yang diteliti. Perbedaan jenis ingatan akan membedakan juga intensitas mana yang akan Latihan fisik akan meningkatkan pembelajaran dan pembentukan ingatan. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan keadaan kekurangan senyawa tertentu sebagai 38 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOpencetus keinginan kita untuk belajar dan mengingat, apabila diberikan latihan fisik, akan membuat senyawa tersebut kembali aktif, sehingga orang tersebut akan kembali memiliki keinginan untuk belajar dan mengingat sesuatu yang baru lagi. 3 39AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATAN“Wah, sudah lama tidak ini lari ah, sekitar satu Night Run flu nih. Olahraga tidak ya?Kalau lagi kabut asap begini, olahraga tidak ya?”Seorang karyawan baru saja pindah kantor, dari kota S di pulau Jawa ke kota P di pulau Kalimantan. Pekerjaan yang dilakukan kurang lebih sama, hanya terdapat beberapa hal lebih rinci yang harus diselasaikan dan adaptasi pada kantor baru, lingkungan kerja baru dan tempat tinggal baru. Karyawan ini sebelum pindah sering bersepeda di waktu pagi hari. Sekarang mungkin akan berubah, baik jenis olahraganya maupun waktu melakukannya karena kesibukan di kantor dan ada tidaknya teman yang melakukan olah raga yang sama. Karyawan ini bertekad untuk tetap berolahraga untuk menjaga VREKOMENDASI 40 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOTerdapat beberapa hal yang harus kita perhatikan untuk memulai atau melakukan suatu aktivitas fisik. Kita juga harus sadar bahwa aktivitas fisik untuk menunjang kesehatan hanya merupakan satu faktor saja dalam kesehatan, selain itu masih banyak hal lain yang menentukan kesehatan seperti makanan/pola makan, kebiasaan makan atau minum tertentu dan lingkungan tempat tinggal kita. Sebelum melakukan aktivitas fisik, harus memperhatikan hal-hal berikut ini1. Diri sendiri Tubuh kita harus dalam keadaan yang sehat sebelum melakukan aktivitas fisik. Tubuh yang sehat berarti dalam keadaan yang baik untuk memulai aktivitas apa saja, termasuk aktivitas fisik. Saat kita sedang tidak enak badan atau sakit, maka kita harus menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas fisik. Saat sakit flu atau pilek misalnya, kita direkomendasikan untuk tidak berolahraga atau melakukan aktivitas fisik berat, karena tidak hanya tidak akan mencapai tujuan kita melakukan aktivitas fisik, bahkan mungkin keadaan tubuh kita akan semakin tidak Perlengkapan aktivitas fisik Dalam melakukan aktivitas fisik tertentu, kita membutuhkan kelengkapan. Mulai dari yang sederhana seperti sepatu atau alat tertentu di olahraga tertentu. Peralatan olah raga yang tepat akan dapat membantu tujuan kita melakukan aktivitas fisik/olah raga tertentu. Sekarang bahkan semakin banyak dikembangkan peralatan-peralatan yang semakin baik untuk melakukan aktivitas fisik/olahraga 41AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANGambar 16. Salah satu peralatan dalam melakukan aktivitas fisik3. Tempat dan Waktu Aktivitas fisik dapat dilakukan di dalam ruangan, seperti futsal, badminton, tenis meja, yoga dan penggunaan treadmill. Aktivitas yang di lakukan di luar ruangan seperti berjalan, jogging, bersepeda dan sepakbola. Apakah lebih baik melakukan aktivitas fisik di pagi hari? Sore hari? Atau malam hari? Beberapa penelitian memberikan data yang berbeda, ada yang menyatakan lebih baik dilakukan pagi, malam atau sama saja melakukan aktivitas fisik pagi atau malam hari. Yang penting adalah konsistensi dalam melakukan aktivitas 42 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO4. Lingkungan Lingkungan yang sehat akan mendukung aktivitas fisik/olahraga yang kita lakukan. Suhu lingkungan dan ketinggian lingkungan mempengaruhi aktivitas apa yang akan kita lakukan. Jadi akan ada aktivitas tertentu yang dilakukan pada suhu-suhu tertentu dan pada ketinggian tertentu. Untuk beberapa cabang olahraga, akan ada peralatan dan baju/kostum khusus yang digunakan pada olahraga Pada saat terjadi bencana alam atau ada keadaan alam yang menggannu atau berbahaya untuk kesehatan, contohnya adalah terjadinya kabut asap, maka udara menjadi tidak sehat atau berbahaya, dan adanya partikel-partikel kecil berbahaya yang bisa terhirup saat kita bernafas. Saat terjadi hal seperti ini, kita disarankan untuk tidak melakukan aktivitas fisik di luar 17. Kabut asap, merupakan kondisi yang tidak sehat 43AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATAN5. Melakukan pemanasan sebelum melakukan aktivitas fisik Melakukan pemanasan atau peregangan dilakukan sebelum melakukan aktivitas fisik yang ditujukan untuk membuat otot lebih siap untuk aktivitas dan menghindari terjadinya cedera. Pemanasan dapat dilakukan 15 menit sebelum memulai aktivitas fisik, dan harus dibiasakan setiap akan melakukan aktivitas fisik. Pemanasan dilakukan pada setiap kelompok usia dan setiap jenis aktivitas fisik, bahkan orang dengan kondisi kesehatan tertentu yang akan melakukan aktivitas fisik pun harus melakukan pemanasan terlebih dahulu. 47,48Kemudian bisa melakukan aktivitas fisik sesuai1. Jenis kelamin Pada dasarnya memang terdapat perbedaan fisiologis antara laki-laki dan perempuan yang akan membedakan fungsi fisik, psikologis dan hasil aktivitas fisik. Ada olahraga atau aktivitas fisik yang lebih baik dilakukan oleh laki-laki, ada juga yang lebih baik dilakukan oleh perempuann. Pada masa ini hampir semua olahraga dapat dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Saat melakukan latihan atau berkompetisi, juga sudah ditentukan bahwa competitor adalah yang berjenis kelamin yang sama, pada beberapa cabang olahraga tertentu. Baik laki-laki maupun perempuan dapat mencari dan memilih aktivitas fisik yang aman dan sesuai dengan 44 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO2. Usia Melakukan aktivitas fisik harus disesuaikan dengan usia. Ada anak-anak, dewasa, dan manula. Masing-masing kelompok usia ini harus tetap melakukan aktivitas fisik untuk menjaga kebugaran dan kesehatan di usianya. Anak-anak bukanlah orang dewasa yang kecil, sehingga aktivitas fisik/olahraganya harus disesuaikan, jangan disamakan dengan orang Hal ini terjadi karena perbedaan pertumbuhan, perkembangan dan proses degenerasi. Proses degenerasi adalah proses penuaan atau proses dimana terjadi kemunduran fungsi, baik di tingkat sel, jaringan atau organ, dan merupakan hal yang normal Kondisi kesehatan tertentu Orang dengan kondisi kesehatan tertentu seperti penderita penyakit gula, berat badan berlebih, kondisi kesehatan khusus, tetap direkomendasikan melakukan aktivitas fisik yang sesuai, yang bisa digunakan sebagai terapi atau menjaga Health Organization WHO melalui Global Physical Activity merekomendasikan hal-hal berikut 541. Intensitas Aktivitasa. Sedangb. Berat 2. Jenis Aktivitasa. Aerobikb. Kekuatan 45AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANc. Keseimbangand. Fleksibilitas 3. Ranah Aktivitasa. Rekreasi dan Olahragab. Transportasic. Rumah tanggad. Kantor/sekolahSaran para ahli di bidang kesehatan dalam hal manfaat aktifitas fisik untuk meningkatkan kebugaran fisik adalah sebagai berikut551. Manfaat penting buat kesehatan dan kebugaran tubuh dapat diperoleh bila dapat melakukan aktifitas fisik intentisitas sedang setiap hari atau hampir setiap Manfaat tambahan buat kesehatan dan kebugaran tubuh dapat dirasakan bila seseorang dapat melakukan aktifitas fisik dengan intensitas yang lebih tinggi dan dengan durasi yang lebih aktifitas fisik dari American College of Sports Medicine dan American Heart Association menyebutkan561. Semua orang dewasa berumur 18-65 tahun sebaiknya melakukan aktifitas fisik aerobik dengan intensitas sedang paling kurang 30 menit sebanyak 5 hari dalam seminggu, atau aktifitas fisik aerobik intensitas berat paling kurang 20 menit sebanyak 3 hari dalam seminggu. 46 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO2. Kombinasi aktifitas fisik intensitas sedang dan berat dapat dilakukan untuk mencapai rekomendasi Aktifitas fisik aerobik intensitas sedang dapat diakumulasikan dalam satu hari untuk mencapai rekomendasi 30 menit; dengan melakukan aktifitas fisik tersebut masing-masing lebih dari 10 menit Setiap orang dewasa harus melakukan aktifitas fisik untuk menjaga serta menambah kekuatan dan ketahanan otot paling kurang 2 hari dalam satu Untuk mencapai hasil maksimal dalam menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh serta menurunkan resiko penyakit kronis, seseorang dapat melakukan aktifitas fisik dengan intensitas yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama dari yang untuk angka 3 diatas adalah bahwa seseorang dapat melakukan aktifitas fisik yang dibagi menjadi beberapa episode. Misalnya di pagi hari seseorang dapat melakukan aktifitas fisik selama 15 menit, sedangkan di sore hari seseorang dapat melakukan aktifitas fisik selama 20 menit. Jumlah durasi dari kedua aktifitas dalam sehari tersebut sudah cukup menurut rekomendasi. Dosis aktifitas fisik tersebut sudah mencukupi rekomendasi aktifitas fisik yang untuk angka 4 diatas adalah aktifitas fisik yang bersifat menggunakan beban. Aktifitas fisik yang dilakukan dengan tambahan beban dapat memberikan manfaat menambah kekuatan otot dan ketahanan otot. Adapun beban 47AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANyang dimaksud adalah misalnya angkat berbel. Pedoman aktifitas fisik dari Physical Activity Guidelines Advisory Committee Report 200857 Semua orang dewasa harus melakukan aktifitas fisik setara dengan penggunaan energi selama 150 menit per minggu aktifitas fisik aerobik intensitas sedang, ATAU selama 75 menit per minggu aktifitas fisik aerobik intensitas berat ATAU kombinasi dari kedua intensitas yang menggunakan energi setara dengan salah satu regimen tersebut untuk mendapatkan manfaat kesehatan Pedoman ini menyarakan untuk melakukan aktifitas fisik dengan dosis lebih dari rekomendasi untuk mendapatkan manfaat kesehatan yang lebih banyak, yaitu dengan melakukan aktifitas fisik intensitas sedang selama 300 menit atau lebih per minggu, ATAU aktifitas fisik intensitas berat selama 150 menit atau lebih per minggu, ATAU kombinasi keduanya yang ekuivalen dengan penggunaan energi pada masing-masing aktifitas fisik Orang dewasa harus melakukan aktifitas fisik intensitas sedang sampai berat untuk tujuan penguatan otot dan harus meliputi latihan pada semua otot utama pada tubuh sebanyak lebih dari 2 hari per minggu, karena aktifitas ini dapat memberi tambahan manfaat bagi kesehatan Health Organization WHO merekomendasikan211. Setidaknya 30 menit aktivitas fisik sedang setiap hari untuk dewasa, dapat dibagi menjadi 2-3 kali aktivitas 10-15 menit setiap kalinya, setiap hari; 48 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO2. 60 menit aktivitas fisik sedang setiap hari untuk usia 2-16 Kesehatan Inggris merekomendasikan hal-hal berikut 211. Anak-anak dan remaja harus mencapai aktivitas fisik sedang selama 60 menit perhari, dengan setidaknya dua kali seminggu terdapat aktivitas untuk memperbaiki kesehatan tulang, kekuatan otot dan fleksibilitas;2. Orang dewasa harus mencapai aktivitas fisik sedang setidaknya 30 menit perhari, minimal 5 hari dalam satu minggu;3. Aktivitas dapat berupa bagian hidup sehari-hari seperti naik-turun tangga atau berjalan cepat; olahraga terstruktur maupun kombinasi keduanya;4. Terdapat rekomendasi khusus untuk dewasa sesuai penyait dan kondisi. Aktivitas fisik sedang selama 45-60 menit perhari dapat mencegah obesitas;5. Rekomendasi untuk dewasa juga berlaku untuk manula dan harus lebih diperhatikan lagi jenis aktivitasnya mengingat terdapat gangguan mobilitas karena usia;6. Orang dengan penyakit ter tentu/spesifik harus mendiskusikan aktivitas fisik yang sesuai pada petugas kesehatan atau instruktur yang berkualifikasi dan profesional2. 49AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANRekomendasi berdasarkan umur dan pekerjaan211. Aktivitas berupa berjalan kaki ke dan dari sekolah setiap hari;b. Bermain di siang atau sore hari 3-4 kali seminggu;c. Akhir pekan berjalan lebih jauh, mengunjungi taman, berenang atau Remajaa. Aktivitas berupa berjalan kaki atau bersepeda ke dan dari sekolah setiap hari;b. Berolah raga terstruktur 3-4 kali seminggu;c. Akhir pekan berjalan, bersepeda, berenang atau Mahasiswaa. Aktivitas berupa berjalan kaki atau bersepeda ke dan dari kampus setiap hari;b. Berolah raga terstruktur 2-3 kali seminggu seperti fitness atau berenang;c. Akhir pekan berjalan lebih jauh, bersepeda, berenang atau Dewasaa. Bekerja1 Aktivitas berupa berjalan kaki atau bersepeda ke dan dari kantor setiap hari;2 Berolah raga terstruktur 2-3kali seminggu seperti fitness atau berenang; 50 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO3 Akhir pekan berjalan lebih jauh, bersepeda, berenang, berolahraga atau Rumah tangga 1 Aktivitas berupa berjalan kaki setiap hari;2 Berolah raga terstruktur 1-2 kali seminggu seperti fitness atau berenang;3 Akhir pekan berjalan lebih jauh, bersepeda atau Tidak bekerja 1 Aktivitas berupa berjalan kaki setiap hari atau berkebun;2 Berolah raga terstruktur 1-2 kali seminggu seperti fitness atau berenang;3 Akhir pekan berjalan lebih jauh, bersepeda, berenang atau Pensiunan a. Aktivitas berupa berjalan kaki atau bersepeda setiap hari atau berkebun;b. Akhir pekan berjalan lebih jauh, bersepeda atau fisik untuk anak dan remaja, aktivitas fisik jenis apapun dapat dilakukan di sekolah, bersama keluarga atau bersama banyak orang. Rekomandasi ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi jantung dan paru, kebugaran otot, kesehatan tulang dan kesehatan 51AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANBerikut rekomendasi aktivitas fisik untuk usia 5-17 tahun581. Paling tidak akumulasi 60 menit aktivitas fisik intensitas sedang-berat setiap hari;2. Aktivitas fisik lebih dari 60 menit setiap hari akan memberikan tambahan manfaat;3. Aktifitas fisik yang dilakukan harus lebih banyak yang aerobik, termasuk intensitas berat untuk menguatkan tulang dan otot, paling tidak 3 kali fisik untuk anak dan remaja, aktivitas fisik jenis apapun dapat dilakukan di kantor, rumah, setiap hari bersama keluarga atau bersama banyak orang. Rekomandasi ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi jantung dan paru, kebugaran otot, kesehatan tulang, menurunkan risiko penyakit tidak menular dan menurunkan resiko depresi .59Berikut rekomendasi aktivitas fisik untuk usia 18-64 tahun591. Paling tidak 150 menit aktivitas fisik aerobik intensitas sedang dalam seminggu, atau 75 menit aktivitas fisik aerobik intensitas tinggi dalam seminggu, atau kombinasi yang sesuai antara aktivitas fisik intensitas sedang-tinggi;2. Aktivitas fisik aerobik harus dilakukan setidaknya dalam durasi 10 menit;3. Tambahan manfaat dapat didapatkan dengan meningkatkan aktivitas fisik aerobik intensitas sedang sampai 300 menit dalam seminggu, atau 150 menit aktivitas fisik aerobik 52 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOintensitas tinggi dalam seminggu, atau kombinasi yang sesuai antara aktivitas fisik intensitas sedang-tinggi;4. Aktivitas untuk memperkuat otot yang melibatkan otot utama harus dilakukan 2-3 hari dalam rekomendasi aktivitas fisik untuk usia mulai dari 65 tahun ke atas541. Paling tidak 150 menit aktivitas fisik aerobik intensitas sedang dalam seminggu, atau 75 menit aktivitas fisik aerobik intensitas tinggi dalam seminggu, atau kombinasi yang sesuai antara aktivitas fisik intensitas sedang-tinggi;2. Aktivitas fisik aerobik harus dilakukan setidaknya dalam durasi 10 menit;3. Tambahan manfaat dapat didapatkan dengan meningkatkan aktivitas fisik aerobik intensitas sedang sampai 300 menit dalam seminggu, atau 150 menit aktivitas fisik aerobik intensitas tinggi dalam seminggu, atau kombinasi yang sesuai antara aktivitas fisik intensitas sedang-tinggi. 53AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANBAB VIKESIMPULAN1. Gaya hidup sedenter dan kebiasaan bermain permainan menggunakan gadget akan menurunkan kebugaran dan kesehatan Terdapat lima aspek untuk memenuhi kesehatan paripurna, yaitu jasmani, rohani, spiritual, sosial dan Terdapat perbedaan antara olahraga dan aktivitas Aktivitas fisik yang dilakukan harus memenuhi frekwensi, durasi dan intensitas untuk mencapai tujuan yang Aktivitas fisik harus diimbangi dengan gaya hidup yang sehat dan lingkungan yang sehat untuk mencapai kesehatan yang Aktivitas fisik dapat dilakukan sesuai dengan usia, jenis kelamin, jenis aktivitas fisik, di dalam atau di luar ruangan, pada pagi, sore atau malam hari, pada kondisi lingkungan dan cuaca yang baik, dengan konsisten dan memperhatikan peralatan dan selalu melakukan pemanasan sebelum melakukan aktivitas fisik. 54 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO7. Rekomendasi sesuai usia a. Usia 5-17 tahun Paling tidak akumulasi 60 menit aktivitas fisik intensitas sedang-berat setiap Usia 18-64 dan usia mulai 65 tahun ke atas Paling tidak 150 menit aktivitas fisik aerobik intensitas sedang dalam seminggu, atau 75 menit aktivitas fisik aerobik intensitas tinggi dalam seminggu. 55AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANDAFTAR PUSTAKA1. Damian M, OLtean A, Damian C. The Impact of Sedentary Behavior on Health and the Need pf Physical Activity in Children and Adolescents. Revista Romaneasca Pentru Educatie Multodimensionala. 2018. Vo 10. Issue 71-832. Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta EGC. 3. Anisa K. 1995. Definisi Sehat Menurut /2014 /03 /244. WHO. 1946. Health Constitution. World Health Organization. New York5. Aisha M. 2019. Pengertian Kesehatan Menurut Para Ahli, WHO dan Depkes. Nadya. 2013. Konsep Sehat dan Sakit. UIN. Makassar. Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Republik 56 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOIndonesia. Jakarta8. Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Republik Indonesia. Jakarta9. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. 2013. Robbins Basic Pathology. 9th Ed. Elsevier Saunders. Philadelphia10. Thomas J, Monaghan T. 2007. Oxford Handbook of Clinical Examination and Practical Skills. 1st Ed. Oxford University Press. UK11. Departemen Kesehatan. 2003. Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta12. WHO. 2018. More Active People for a Healhtier World. World Health Organization. Geneva13. Ainsworth BE, Haskell WL, Whitt MC, et al. Compendium of physical activities an update of activity codes and MET intensities. Med Sci Sports Exerc. 2000;32Suppl 9S498-50414. Kementerian Kesehatan. 2015. Infodatin Pembinaan Kesehatan Olahraga di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta15. ACSM. 2018. ACSM’s Guidelines for Exercice Testing and Prescription. 10th Ed. Wolters Kluwer. China16. Cowell R. 2018. Metabolic Equivalent. Matthews CE, Chen KY, Freedson PS, et al. Amount of time spent in sedentary behaviours in the United States, 2003 – 2004. Am J Epidemiol. 2008;1677875-881 57AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATAN18. Biwas A, Oh PI, Faulkner GE, et al. Sedentary time and its association with ris for disease incidence, mortality and hospitalization in adults a systemic review and meta-analysis. Ann Intern Med. 2015;1622123-132 19. Garber Ce, Blissmerr B, Deschenes MR, et al. American College of Sports Medicine position stand. The quantity and quality of exercise for developing and maintaining cardiorespiratory, musculoskeletal and neuromotor fitness in apparently healthy adults guidance for prescribing exercise. Med Sci Sports Exerc. 2011;4371334-155920. Welis W, Rifki MS. 2013. Gizi untuk Aktifitas Fisik dan Kebugaran. Sukabina Press. Padang21. Dodson, DA. 1981. The Physiological Effects of a Walking Exercise Program onSedentary Individuals. University of Wisconsin - La Crosse.thesis 22. Kalsow, S. 1996. Comparison of Fuel Utilization During Walking and Running at the Equivalent Heart rate Intensities. IAHPERD Journal Volume 29. Spring, 1996. Kirksville23. Amanah F. 2019. Sejarah Hari Olahraga Nasional yang dilatarbelakangi ditolaknya Indonesia di Olimpiade London. Tribunnews. 2019/09/09/sejarah-hari-olahraga-nasional-yang-dilatarbelakangi-ditolaknya-indonesia-di Tipton CM. 2003. Exercise Physiology. Elsevier Saunders. US25. Katch VL, McArdle WD, Katch FI. 2011. Essentials of Exercise Physiology. 4th Ed. Lippincott Williams & Wilkins. China 58 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO26. UN. Day of Sport for Development and Peace 6 April. United Hamilton, N; Weimar, W; Luttgens, K. 2008. Kinesiology Scientific Basic of Human Motion. 11th Ed. McGraw Hill. New Yor k28. Hamill, J; Knutzen,KM. 2003. Biomechanical Basis of Human Movement. 2nd Ed. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia29. Wicaksono, A. Berjalan sebagai Latihan Fisik Sederhana yang dapat Memelihara Fungsi Fisiologis Tubuh. Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura. Volume XXV. Juli 2012. h 36-4630. Cavill, N; Davis, A. 2007. Cycling and Health what’s the evidence?. Cycling England. London31. Wicaksono, A. Cycling and Health. Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura. Volume XXVII. Oktober 20132013. h 21-2832. Macpherson H, Teo WP, Schneider LA, Smith AE. A Life-Long Approach to PhysicalActivity for Brain Health. Frontiers in Aging Neuroscience. May 2017. Vol 9. Art. 147 33. Fernandes J, Arida RM, Gomez-Pinilla F. Physical Exercise as an Epigenetic Modulator of Brain Plasticity and Cognition. Neurosci Biobehav Rev. 2017 September; 80 443–456. doi Ma CL, Ma XT, Wang JJ, Liu H, Chen YF, Yang Y. Physical exercise induces hippocampal neurogenesis and prevents cognitive decline Behavioural Brain Research 317 2017 332–33935. Heo YM, Shin MS, Lee JM, Kim CJ, Baek SB, Kim KH et 59AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANal. Treadmill Exercise Ameliorates Short-Term Memory Disturbance in Scopolamine-Induced Amnesia Rats. Int Neurourol J 2014;1816-2236. Loprinzi PD, Emily Frith E, MS, Edwards MK, Sng E, Ashpole N. The Effects of Exercise on Memory Function Among Young to Middle-Aged Adults Systematic Review and Recommendations for Future Research. American Journal of Health Promotion XXX. Roig M, Thomas R, Mang CS, Snow NJ, Ostadan F, Boyd LA et al. Time-Dependent Effects of Cardiovascular Exerciseon Memory. Exercise and Sport Sciences 0091-6331/4402/81Y88. DOI Paul D. Loprinzi PD. Intensity-specific effects of acute exercise on human memory function considerations for the timing of exercise and the type of memory Health Promotion Perspectives, 2018, 84, 255-262 39. Hayek LE, Khalifeh M, Zibara V, Assaad RA, Emmanuel N, Nabil Karnib, et al. Lactate mediates the effects of exercise on learning and memory through SIRT1-dependent activation of hippocampal brain-derived neurotrophic factor BDNF. Hackney T. 2017. The Common Cold When Athletes Should & Should Not Train. Athletico. Dahiru M. Sanni DM, Ede C, Fashina AA. A study on the effects of inadequate sport equipment and Facilities on sport development and academic performance in primary school a case study of Bwari area council of Abuja Nigeria. SPC Journal 60 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOof Education, 1 1 2018 4-8 42. Ewart PD, Pickering K. 2004. Sports Equipment Development; Materials, Design and the Future. New Seo DY, Lee SR, Kim N, Ko KS, Rhee BD, Park BJ et al. Morning and evening exercise. integr med res 22013139–14444. Noma Nazish. 2019. When’s the Best Time To Exercise Morning Or Evening? Forbes. 45. Kjaer M, Krogsgaard M, Magnusson P, Engebresten L, Roos H, Tahala T et al. 2003. Textbook of Sports Medicine. Blackwell Science. India46. Wicaksono, A. 2109. Kabut Asap dan Kesehatan. IAIN Pontianak Press. Pontianak47. Woods K, Bishop P, Jones E. Warm-Up and Stretching in the Prevention of Muscular Injury. Sports Med 2007; 37 12 1089-109948. ROS. 2019. osteoporosis and bone health. Royal Osteoporosis Society. UK49. Hands B, Parker H, Larkin D, Cantell M, Rose E 2016 Male and Female Differences in Health Benefits Derived from Physical ActivityImplications for Exercise Prescription. J Womens Health, Issues Care 5 Wiyata IR. 2015. Gender di dalam Dunia Olahraga. Universitas Negeri Malang. Malang 61AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATAN51. Dotan R, Mitchell C, Cohen R, Klentrou P, Gabriel D, Falk B. Child - Adult Differences in Muscle Activation-A Exerc Sci. 2012 February ; 241 2–2152. WHO. 2008. Children are not Little Adults. World Health Organization. USA53. Tortora GJ, Derrickson B. 2012. Principles of Anatomy and Physiology. 13th Ed. John Wiley & Sons Inc. USA54. WHO. 2010. Global Recommendations on Physical Activity for Health. World Health Organization. Geneva55. Physical activity guidelines advisory committee report, 2008 [internet]. US Department of health and human services; 2008. 638 p. gov/ paguidelines/report/pdf/ 56. Haskell WL, Lee IM, Pate RR, et al. physical activity and public health updated recommendation for adults from the American College of Sports Medicine and the American Heart Association. Med Sci Sports Exerc. 2007;3981423-143457. US Department of health and human services. 2008 Physical activity guidelines for americans [internet]. US Department of health and human services; 2008. WHO. 2011. Global Recommendations on Physical Activityfor Heatlh 5-17 years old. World Health WHO. 2011. Global Recommendations on Physical Activityfor Heatlh 18-64 years old. World Health 62 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKO 63AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATANTENTANG PENULISArif Wicaksono lahir di Yogyakarta pada tanggal 30 Oktober 1983, bersekolah dasar di SD Muhammadiyah 2 Pontianak, SMP di SMP Negeri 3 Pontianak dan SMA di SMA Negeri 3 Pontianak. mendapatkan gelar sarjana dan profesi dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dan gelar magister di Program Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Aktif mengajar pada prodi kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2008 sampai sekarang. Bidang yang ditekuni adalah anatomi yang meliputi gross anatomi, kinesiologi, podiatri dan kesehatan olahraga; pendidikan kedokteran dan bioetika; dan kesehatan masyarakat yang meliputi promosi kesehatan dan kependudukan. 64 ARIF WICAKSONO WILLY HANDOKOWilly Handoko lahir di Pontianak pada tanggal 24 Januari 1984, bersekolah dasar di SD Suster Pontianak, SMP di SMP Suster Pontianak dan SMA di SMUK Santo Petrus Pontianak. mendapatkan gelar sarjana dan profesi dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, dan gelar magister di Program Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Aktif mengajar pada prodi kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak dari tahun 2009 sampai sekarang. Bidang yang ditekuni adalah fisiologi kedokteran dan fisiologi olahraga. ... Terapi Latihan merupakan salah satu modalitas yang digunakan fisioterapis untuk memperbaiki kondisi muskuloskeletal tersebut. Exercise atau latihan merupakan aktivitas fisik yang dilakukan dalam waktu senggang, tidak direncanakan secara detail dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tubuh dan peningkatan kebugaran Wicaksono, 2021. Salah satu latihan yang dapat menjaga dan meningkatkan kekuatan otot postural tubuh adalah dengan core stability exercise. ... Arif PristiantoKhairi Rizqi FadhlikaEri Fersiana SafitriSabina NadhirahSalah satu gangguan pada tulang belakang adalah gangguan postur tubuh seperti scoliosis, kifosis maupun lordosis. Gangguan tulang belakang pada anak-anak khususnya pada siswa siswi di MIM Digdaya Bolon disebabkan karena duduk yang terlalu lama, posisi belajar yang buruk, penggunaan tas punggung yang baik, faktor fasilitas belajar yang kurang memadai meja belajar dan kursi, kurangnya aktifitas fisik dan olahraga, serta faktor genetic. Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk mengedukasi mengenai bentuk kelainan postur, cara melakukan core stability exercise di rumah, postur duduk yang baik, dan cara menggunakan tas yang tepat. Metode pelaksanaan kegiatan dengan bentuk edukasi wayang, naskah dialog dan disampaikan dalam bentuk power point mengenai postur serta bentuk latihan core untuk pencegahan kelainan postur. Untuk mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan anak terkait materi yang diberikan, sebelum penyampain materi dilakukan pre test dan post test dengan jumlah 5 soal pilihan ganda. Hasil didapatkan bahwa rata rata pengetahuan siswa sebelum mendapatkan penyuluhan materi Pre test adalah 61,14 dan sesudah mendapatkan penyuluhan materi Post Test adalah 72,57. Peningkatan hasil post test ini dipengaruhi oleh ketertarikan dan keantusiasan anak terhadap materi yang disampaikan dengan menggunakan karakter wayang postur. Paul D LoprinziBackground The purpose of this review was to evaluate whether acute exercise intensities have unique effects on memory function, and whether this is influenced by memory type as well as the temporality of the acute exercise bout. Methods A systematic review was employed, using several databases PubMed, PsychInfo,Sports Discus, Google Scholar, Embase. Results In total, 9 articles met the study criteria. All 9 studies evaluated either working memory capacity or episodic-related memory function. The main findings across these studies were 1 when acute exercise occurs before the memory task, high-intensity exercise may be less favorable for working memory but may favor episodic memory; 2 when acute exercise occurs during the memory task, high-intensity exercise may be less favorable for working memory capacity; and 3 high-intensity exercise may not associate with long-term memory function when it occurs shortly after memory encoding. Conclusion The relationship between acute exercise and memory is complex and may vary based on the intensity of exercise, the temporality of exercise, and the memory type physical education was designed to help students develop their physical, mental, and social abilities, there is a need to explore the development of sport in Nigerian schools, particularly, in the primary schools. This paper presents the results of a survey that provides insights on the effect of inadequate sporting facilities and equipment on the development of sports in primary schools in Bwari Area Council , FCT-Abuja, Nigeria. The six month questionnaire study was carried out in fifteen selected primary schools from the four educational zones in the Area Council. The questionnaire was administered to 195 teachers from the selected schools before the data collected was analyzed using simple percentage approach. The study identifies the factors that influence non-participation of schools in this Area council in sport competitions. The academic and social impacts of providing adequate sporting activities, equipment and facilities are discussed before recommending the appropriate programs that can help enhance sport development at the primary school level in Bwari Area Council and Nigeria at and adolescents do not practice enough physical activity or have too much unbalanced nutrition, and the consequence of these unhealthy and bad habits is overweight that can lead to obesity, impairment of health and, implicitly, the quality of objective of the study is to summarize the evidence of published literature on the impact of sedentary lifestyle on the health of children and adolescents, the benefits of regular physical activity, as well as recommendations for their correct All researched works combines regular physical activity with important health benefits. Children and adolescents aged 5-18 must be physically active for at least 60 minutes a day, with intense physical exercise being associated with the majority of authors with a better physical condition and well-being. The physical activity program should include exercises that address all fitness components cardiorespiratory capacity, muscle strength / fitness, flexibility and body Some action is needed to promote a healthy lifestyle and increase physical activity to at least 60 minutes a day, in order to reduce the sedentary behavior among children and adolescents due to excessive use of the Internet, social networks or audiovisual media. Implementation and support of programs to promote physical activity among them is necessary, given the increasing number of overweight and obese promotes learning and memory formation. These effects depend on increases in hippocampal BDNF, a growth factor associated with cognitive improvement and the alleviation of depression symptoms. Identifying molecules that are produced during exercise and that mediate hippocampal Bdnf expression will allow us to harness the therapeutic potential of exercise. Here, we report that an endogenous molecule produced during exercise in male mice induces the Mus musculus Bdnf gene and promotes learning and memory formation. The metabolite lactate, which is released during exercise by the muscles, crosses the blood brain barrier and induces Bdnf expression and TRKB signaling in the hippocampus. Indeed, we find that lactate-dependent increases in BDNF are associated with improved spatial learning and memory retention. The action of lactate is dependent on the activation of the Sirtuin1 deacetylase. SIRT1 increases the levels of the transcriptional coactivator PGC1a and the secreted molecule FNDC5, known to mediate Bdnf expression. These results reveal an endogenous mechanism to explain how physical exercise leads to the induction of BDNF, and identify lactate as a potential endogenous molecule that may have therapeutic value for central nervous system diseases in which BDNF signaling is To systematically summarize the experimental effects of exercise on cognitive-related memory function among young to middle-aged adults, which has yet to be done in the literature. Data Source PubMed. Study Inclusion and Exclusion Criteria Studies were included if they were published in the English language, indexed in PubMed, employed an experimental study design eg, traditional parallel group randomized controlled trial either acute intervention or chronic/training intervention study, and conducted among human adults. Studies were excluded if nonhumans ie, animal models were studied, if children/adolescents 50 years were evaluated, and if select chronic diseases eg, diabetes and dementia were present. Data Extraction A systematic review approach was employed. Data Synthesis An extraction table was created synthesizing the key results, and recommendations for future research are emphasized. Results Among the 17 evaluated studies, 2 were published before the year 2000 ie, 1998 and 1999, 2 were published in 2007, and the remaining 13 were published in the years 2011 and beyond. This highlights the emergence of this research topic within this age-group young to middle-aged adults. Among the 17 evaluated studies, 14 were conducted among healthy samples, with 3 conducted among those with a diagnosis of depression. Among the 17 studies, 4 employed a chronic training protocol, with 13 utilizing an acute exercise protocol. Among the 3 experimental studies in the depressed population, all demonstrated a favorable effect of exercise on memory function. Among the 14 trials in the nondepressed population, 10 71% demonstrated a favorable effect of exercise on some aspect of memory function. Conclusion Acute and chronic exercise appears to play a pronounced effect on memory function among young to middle-aged adults. Implications and recommendations for future research are outlined in this systematic large amount of evidence has demonstrated the power of exercise to support cognitive function, the effects of which can last for considerable time. An emerging line of scientific evidence indicates that the effects of exercise are longer lasting than previously thought up to the point to affect future generations. The action of exercise on epigenetic regulation of gene expression seem central to building an “epigenetic memory” to influence long-term brain function and behavior. In this review article, we discuss new developments in the epigenetic field connecting exercise with changes in cognitive function, including DNA methylation, histone modifications and microRNAs miRNAs. The understanding of how exercise promotes long-term cognitive effects is crucial for directing the power of exercise to reduce the burden of neurological and psychiatric MaXiao-Tang MaJin-Ju WangYi YangAccumulating evidence from animal and human research indicate that adult hippocampal neurogenesis plays a key role in cognition. Meanwhile, cognitive decline is well known to associate with ageing-related neurodegenerative diseases such as Alzheimer’s disease AD and Parkinson’s disease PD. Therefore, prevention of hippocampal neurogenesis reduction should be critical for these diseases. Physical exercise, a potent enhancer of adult hippocampal neurogenesis, has emerged as a potential therapy or an adjunctive therapeutic strategy for cognitive decline. In this review, we discuss the recent findings on hippocampal neurogenesis and the incorporation of new born neurons into the neuronal network in humans and in rodents. By focusing on hippocampal neurogenesis, we illustrate the role and possible mechanisms of physical exercise in cognition preservation. Shiftkerja pada perawat berpengaruh terhadap irama sirkandian dan kesehatan tubuh sehingga dapat menurunkan kualitas tidur (K odrat, 2009). Irama sirkandian adalah irama biologis di dalam tubuh yang mana irama ini mengikuti perputaran waktu siang dan malam, dan selalu berulang setiap Selain itu, kerja shift dan waktu kerja yang lama - Jam biologis adalah hal yang secara alami membantu kita tertidur dan terbangun pada waktu tertentu. Tahukah Anda bagaimana mekanisme jam biologis terhadap tubuh Anda? Irama sirkadian Dilansir dari National Institute of General Medical Sciences, irama sirkadian adalah perlakuan fisik, mental, dan perilaku yang menjadi kebiasaan Anda selama 24 jam. Ini merupakan proses alami yang Anda lakukan dalam merespons siang dan satu contoh dari irama sirkadian adalah ketika Anda tidur di malam hari dan bangun di siang hari. Baca juga Studi Hindari Cahaya Ponsel dan TV Sebelum Tidur jika Ingin Menurunkan Berat Badan Jam biologis Ternyata, jam biologis lebih rumit dari itu. Selama ini kita mengenal jam biologis sebagai jam yang mengatur pola tidur kita. Jam biologis berperan lebih dalam berada di dalam tubuh kita. Jam biologis mengatur tubuh lebih spesifik, seperti bagaimana protein berinteraksi dengan sel. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap berbagai hal di dalam tubuh kita. Fungsi yang diatur oleh irama sirkadian dan jam biologis meliputi pelepasan hormon, pola makan dan pencernaan, suhu tubuh dan berbagai fungsi satu fungsi utamanya adalah mengatur jam tidur. Tubuh akan di perintahkan oleh jam biologis untuk mengontrol produksi melatonin. Melatonin adalah hormon yang membuat Anda mengantuk. Baca juga 7 Efek Kurang Tidur, Bisa Membuat Anda Jadi Pelupa Ketika cahaya yang diterima lebih sedikit, otak akan menerima informasi tersebut sebagai perintah untuk memproduksi lebih banyak melatonin. Ini sebabnya ketika lampu dimatikan pada malam hari, Anda akan lebih mudah tertidur dibandingkan dengan situasi lampu menyala. Faktor yang mempengaruhi jam biologis dan irama sirkadian Perubahan pada tubuh Anda dan lingkungan bisa membuat irama sirkadian Anda berubah. Ini akan mengubah pula siklus respons tubuh terhadap siang dan malam. Berikut beberapa faktor perubahan tersebut Mutasi atau perubahan pada gen tertentu Jet lag atau perubahan shift kerja Cahaya dari gawai seperti ponsel pada malam hari bisa membuat bingung jam biologis Anda, dan semakin sulit untuk tertidur Baca juga Bagaimana Cara Otak Bangun dari Tidur? Kondisi ini membuat tubuh menerima sinyal yang berbeda sehingga tubuh tetap bangun dan berenergi ketika waktu tidur. Begitu pula sebaliknya, tubuh merasa mengantuk ketika sudah waktunya untuk bangun dan beraktivitas. Perubahan ini jika terjadi terlalu sering, bisa menyebabkan berbagai kondisi kesehatan serius, mulai dari gangguan tidur, hingga kondisi kronis seperti obesitas, diabetes, depresi, dan gangguan bipolar. Penting sekali untuk menjaga jam biologis dan irama sirkadian dalam menjaga kesehatan Anda. Sudahkah Anda tidur dan bangun dengan teratur? Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Ya poinnya sih sesuai pertanyaan aja dulu. Yang terjadi dengan otak jika kita terlalu memikirkan banyak hal dalam satu waktu dan dalam jangka waktu yang lama. Kira-kira dari apa yang saya baca di artikel ini, menurut ilmu neurosains depresi bisa diukur dan dibuktikan dari 3 hal: dan semua bakteri di tubuh Anda juga akan terbunuh. Cobalah
Table of Contents Show Pengertian Kebugaran JasmaniKebugaran Jasmani untuk Kesehatan Fisik dan MentalUnsur-unsur dalam Kebugaran Jasmani serta Jenis Latihannya1. Pola Istirahat3. Pola Makan4. Kegiatan OlahragaManfaat Kebugaran Jasmani bagi Kesehatan1. Menjaga Berat Badan2. Mengendalikan Kadar Gula Darah3. Mengurangi Risiko Penyakit Kardiovaskular4. Mengurangi Stres dan Depresi5. Meningkatkan Energi 6. Menyehatkan Sistem Kerja OtakVideo yang berhubungan Memiliki tubuh yang sehat tentu tidak bisa didapatkan begitu saja, semua perlu diupayakan melalui pola hidup sehat. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan berolahraga, Realfoodfam bisa membuat tubuh menjadi lebih bugar dan mengasah kemampuan fisik tubuh secara maksimal. Setidaknya, ada 10 unsur kebugaran tubuh jasmani perlu Realfoodfam ini berbagai unsur-unsur kebugaran jasmani yang bisa Realfoodfam otot merupakan kekuatan individu agar dapat melakukan kegiatan dalam waktu yang singkat. Latihan seperti side jump, front jump, one leg front jump, jump box, dan vertical jump akan sangat membantu membentuk daya otot yang melakukan front jumpBerdiri tegak dengan kedua kaki tertutup lompat ke depan dengan memposisikan kedua lutut dilakukan berulang-ulang sebanyak 16 hal ini side jump akan berguna melatih kemampuan daya ledak pada bagian paha dan tungkai, lalu front jump akan berguna dalam meningkatkan kemampuan pada bagian tungkai dan betis, sementara vertical jump berguna melatih kemampuan daya ledak pada bagian kekuatan atau strenght bertumpu pada saat seseorang menggunakan kekuatan ototnya untuk melakukan berbagai kegiatan meningkatkan unsur kekuatan dalam tubuh, ada beberapa cara yang bisa dilakukan seperti push up, sit up, back up, squat jump, dan angkat beban secara tahan merupakan salah satu kemampuan untuk mempertahankan kondisi tubuh dalam melakukan aktivitas fisik dalam jangka waktu yang cukup lama. Unsur ini berhubungan dengan sistem kerja jantung yang berfungsi untuk memompa darah ke seluruh meningkatkan daya tahan endurance, ada beberapa cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan push-up 15 kali dalam 2 set, lompat tali selama 10 menit setiap pagi, mengurangi alkohol, dan berhenti atau balance merupakan suatu kemampuan untuk mengendalikan saraf otot dan organ tubuh, sehingga individu mampu menggerakkan tubuh dengan ini akan membantu Realfoodfam agar tidak mudah terpeleset ketika berjalan di tempat yang licin atau kurang rata permukaannya. Untuk mengembangkan keseimbangkan, Realfoodfam bisa mencoba berjalan dengan tumit kaki, melakukan latihan sikap lilin, dan juga berlatih berdiri dengan satu kaki untuk mengasah keseimbangan berlatih berdiri dengan satu kakiBerdiri kursi sebagai pegangan kedua kaki kiri setinggi betis dan tahan selama 10 15 kali sambil mengganti posisi kaki kiri dan juga 10 Jenis Olahraga Ini Sangat Cocok untuk Menurunkan Berat BadanDengan kemampuan dari unsur satu ini, seseorang jadi dapat melakukan aktivitas dalam waktu yang cepat atau singkat. Demi memiliki kecepatan yang baik, Realfoodfam bisa melatihnya dengan cara berjalan cepat dan rutin berlari. Rutin berlari dan berlatih dengan jalan cepat bahkan bisa membuat kondisi jantung menjadi lebih faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan sendiri di antaranya yaitu waktu reaksi, keturunan, elastisitas otot, teknik, konsentrasi dan kemauan, serta kemampuan menahan tahanan luar. Di mana kecepatan ini dibagi ke dalam tiga jenis yakni kecepatan bergerak, kecepatan sprint, dan juga kecepatan merupakan perpaduan dari gerakan seluruh anggota tubuh, baik tangan maupun kaki dalam melakukan setiap gerakan. Untuk bisa mendapatkan kelincahan tubuh yang baik, Realfoodfam bisa mulai berlatih berlari secara berlatih zig-zag menggunakan 20 kerucut yang disusun 1 baris ke berlari sambil melewati kerucut dari sisi kiri ke kanan tanpa boleh menjatuhkan selama 5 menit, bila perlu gunakan timer untuk melihat hasil tubuh memiliki kelenturan yang baik, maka Realfoodfam akan lebih mudah dalam mengendalikan otot-otot tubuh. Untuk mengembangkan kelenturan tubuh, Realfoodfam bisa belajar menari, melakukan aerobik, ataupun sangat erat kaitannya dengan dengan bagaimana refleks seseorang dalam memutuskan sesuatu secara cepat dalam proses pengambilan keputusan. Unsur kebugaran jasmani satu ini merupakan kemampuan individu dalam menanggapi suatu stimulus, yang diberikan oleh orang ketika sedang bermain sepak bola dan lawan main mengarahkan bola ke gawang, secara reflek reaksi yang akan dilakukan adalah berusaha untuk menangkap bola tersebut. Untuk meningkatkan refleks, Realfoodfam bisa mengasahnya dengan bermain bulu tangkis atau latihan menangkap bola dengan kedua tangan secara adalah kemampuan individu dalam menyatukan berbagai gerakan tubuh yang berbeda menjadi satu gerakan yang efektif. Sederhananya, unsur ini menuntut keselarasan pada anggota bisa memulai melatih koordinasi dengan cara lempar tangkap bola, gunakan tangan kanan dalam melempar dan gunakan tangan satunya untuk menangkap lalu juga 6 Cara Menjaga & Meningkatkan Imun Tubuh Agar Tidak Mudah SakitKetepatan merupakan hasil dari pengendalian semua gerakan tubuh dalam merespon stimulus otak untuk mencapai target yang dituju. Unsur satu ini akan sangat dibutuhkan dalam olahraga yang membutuhkan fokus tinggi, seperti bermain voli, bulu tangkis, ataupun baseball. Untuk mengasah ketepatan atau akurasi, Realfoodfam dapat berlatih memanah dengan berbagai unsur-unsur kebugaran jasmani yang sebaiknya dilatih, agar bisa lebih optimal dalam melakukan berbagai aktivitas fisik agar tubuh tetap sehat dan bugar. Tubuh akan mengeluarkan energi dari hasil pergerakan otot atau rangka saat seseorang melakukan berbagai aktivitas fisik. Semakin sering digerakkan, tubuh akan mampu menyesuaikan diri dengan pembebanan fisik yang diberikan. Karena telah terbiasa, tubuh pun tidak akan mudah merasa lelah akibat melakukan aktivitas fisik tersebut. Bukan hanya itu, tubuh pun akan mendapatkan manfaat kebugaran jasmani yang tentunya penting bagi kesehatan. Pengertian Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani atau physical fitness merupakan upaya tubuh dalam menyesuaikan diri dengan beban fisik yang diterima karena aktivitas sehari-hari tanpa merasa lelah berlebih. Ketika seseorang memiliki tingkat kebugaran jasmani yang tinggi, maka kemampuan kinerja fisiknya pun akan semakin bagus. Manfaat kebugaran jasmani ini tentunya akan membuat tubuh Anda tidak mudah lelah dan mobilitas harian pun tidak akan terhambat. Sebaliknya, Anda tidak akan mendapatkan manfaat kebugaran jasmani yang optimal jika melakukan aktivitas fisik dengan intensitas terlalu rendah atau terlalu berat dalam kurun waktu yang lama. Ada beberapa kebiasaan yang berpotensi menurunkan kebugaran tubuh, seperti Terlalu sering begadang; Sering menghabiskan waktu duduk di depan layar televisi maupun komputer dalam jangka waktu yang lama. Sementara itu, tujuan kebugaran jasmani adalah Meningkatkan stamina, kelenturan, dan kecepatan; Bagi olahragawan, kebugaran jasmani dapat meningkatkan prestasi; Meningkatkan sistem saraf, sirkulasi darah, dan fungsi jantung; Mempercepat proses pemulihan organ tubuh setelah melakukan latihan fisik atau karena kondisi tertentu seperti pemulihan pasca melahirkan atau setelah sakit; Merangsang pertumbuhan dan perkembangan balita dan anak-anak. Latihlah tubuh secara rutin untuk menerima beban aktivitas fisik dengan intensitas yang tepat. Jangan sampai tubuh mengalami kelelahan berlebihan atau cedera karena aktivitas fisik yang terlalu berat. Hindari juga kebiasaan yang dapat menurunkan tingkat kebugaran jasmani Anda. Pastikan Anda mendapatkan manfaat kebugaran jasmani agar tubuh tetap bugar ketika menjalani aktivitas sehari-hari. Kebugaran Jasmani untuk Kesehatan Fisik dan Mental Manfaat kebugaran jasmani tidak hanya berfokus pada kesehatan fisik saja, tapi juga kesehatan mental. Tujuan kebugaran fisik yaitu untuk meningkatkan daya tahan, kelenturan, dan keseimbangan tubuh sekaligus melatih kekuatan otot. Selain itu, fisik yang bugar mampu menurunkan risiko terkena sejumlah penyakit dan membakar kalori. Bila dilakukan secara rutin dengan intensitas yang tepat, tentunya tubuh Anda akan terhindar dari rasa lelah berlebih dan cedera setiap melakukan rutinitas setiap harinya. Dari sisi kesehatan mental, manfaat kebugaran jasmani yaitu dapat meningkatkan suasana hati sekaligus mengurangi stres dan depresi. Aktif bergerak karena melakukan latihan kebugaran fisik dapat meningkatkan produksi hormon endorfin sehingga akan muncul perasaan bahagia dan emosi positif. Anda pun mampu mengalihkan pikiran dari hal-hal negatif dan terhindar dari stres. Seseorang dengan tingkat kebugaran fisik yang baik pun cenderung memiliki kesehatan mental dan emosi yang lebih baik sehingga dapat mengurangi risiko gangguan mental. Unsur-unsur dalam Kebugaran Jasmani serta Jenis Latihannya Kebugaran jasmani menjadi faktor penting untuk mendukung aktivitas sehari-hari. Dengan tubuh yang bugar, melakukan aktivitas pun tidak akan terhambat. Namun, untuk mendapatkan manfaat kebugaran jasmani secara maksimal, ada 10 unsur kebugaran jasmani yang perlu dilatih, di antaranya Kekuatan strength; kondisi di mana tubuh mampu menggunakan tenaga otot secara maksimal saat melakukan aktivitas fisik. Bentuk latihan fisiknya berupa sit-up, push-up, dan back-up. Daya tahan endurance; kemampuan seseorang dalam melakukan gerak tubuh dalam waktu relatif lama dengan frekuensi dan tempo sedang hingga cepat tanpa merasa lelah atau sakit. Contoh latihan daya tahan adalah jogging atau lari setidaknya 15-30 menit. Daya otot muscular power; kemampuan otot dalam mendukung aktivitas sehari-hari. Lakukan latihan angkat beban untuk meningkatkan daya otot. Kecepatan speed; kemampuan seseorang untuk berpindah dari satu posisi ke posisi lain dalam waktu yang cepat dan singkat. Lari sprint jarak pendek merupakan latihan kebugaran jasmani yang bisa meningkatkan kecepatan. Kelenturan flexibility; keleluasaan tubuh dalam bergerak khususnya pada bagian otot persendian. Tingkatkan kelenturan tubuh dengan melakukan yoga, renang, atau senam. Kelincahan agility; kemampuan seseorang untuk mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat dan ketepatan yang tinggi. latih kelincahan atau agility dengan lari naik-turun tangga atau squat jump. Koordinasi coordination; kemampuan dalam mengintegrasikan gerakan yang berbeda-beda serta mampu mengkoordinasikan bagian tubuh dengan tepat. Contoh latihan koordinasi adalah memantulkan bola tenis ke tembok dengan tangan kanan lalu menangkapnya dengan tangan kiri. Keseimbangan balance; kemampuan seseorang dalam mengendalikan tubuh agar gerakan yang dihasilkan dapat dimunculkan dengan benar. Latih keseimbangan tubuh dengan cara berdiri dengan satu kaki jinjit, mengangkat satu kaki ke belakang, atau melakukan sikap lilin. Ketepatan accuracy; kemampuan tubuh untuk mengendalikan berbagai gerak bebas agar tepat sasaran. Olahraga yang memerlukan ketepatan atau accuracy misalnya sepak bola, bowling, memanah, dan basket. Reaksi reaction; kemampuan untuk segera bertindak atau menanggapi stimulus dan gerakan yang ditangkap oleh indera tubuh. Olahraga bola basket juga bisa melatih reaksi karena melibatkan gerakan melempar dan menangkap bola. Untuk mendapatkan manfaat kebugaran jasmani, 10 unsur di atas perlu dilatih secara rutin. Selain melatih unsur-unsur di atas, pastikan juga Anda menjalani gaya hidup sehat dengan memberikan tubuh asupan penuh nutrisi. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Selain unsur, manfaat kebugaran jasmani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu; 1. Pola Istirahat Dalam buku Bugar Sehat dengan Olahraga 2004, Djoko Pekik Irianto memaparkan bahwa tubuh dapat kembali bugar setelah melakukan istirahat. Pola istirahat dapat membantu proses pemulihan tubuh setelah melakukan berbagai kegiatan yang melelahkan dan berat. Itu sebabnya, mengambil jeda untuk beristirahat sangatlah penting untuk mengembalikan kebugaran tubuh. 2. Usia Faktor ini juga mempengaruhi kebugaran tubuh seseorang. Bahkan pengaruh faktor usia cukup besar pasalnya kapasitas fungsional organ tubuh akan menurun sebanyak 0,8 – 1% seiring bertambahnya usia. Penurunan kondisi fisik karena faktor usia pun dapat dilihat dari daya tahan jantung, kecepatan gerak tubuh, dan kekuatan otot. 3. Pola Makan Untuk mendapatkan manfaat kebugaran jasmani yang optimal, Anda pun perlu memperhatikan pola makan. Makanan menjadi pasokan tenaga utama untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, tubuh memerlukan asupan makanan yang bergizi sebagai sumber tenaga atau kalori sekaligus untuk membantu membentuk sel dan mengatur setiap proses yang terjadi dalam tubuh. 4. Kegiatan Olahraga Manfaat kebugaran jasmani juga bisa dirasakan dengan rutin melakukan beragam kegiatan olahraga atau olahraga fisik. Tentu saja olahraga tersebut dilakukan dengan porsi yang cukup dan sesuai tujuan. Kegiatan fisik ini pun bisa meningkatkan unsur kebugaran jasmani seperti meningkatkan daya tahan, kecepatan, kelenturan, kelincahan, dan kekuatan. Selain itu, olahraga atau latihan fisik rutin lainnya juga dapat mengurangi risiko cedera saat melakukan kegiatan sehari-hari. Itulah berbagai faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani. Pastikan Anda memperhatikan faktor di atas agar mendapatkan manfaat kebugaran fisik yang optimal. Manfaat Kebugaran Jasmani bagi Kesehatan Secara umum, manfaat kebugaran jasmani adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan kebugaran sekaligus menjaga kesehatan seseorang. Manfaat ini tentunya dapat mendukung setiap aktivitas yang dilakukan setiap harinya sehingga tubuh tidak mudah lelah dan cedera. Anda akan mendapatkan manfaat kebugaran jasmani ketika terbiasa melakukan aktivitas fisik secara teratur dengan jangka waktu yang cukup. Selain itu, manfaat kebugaran jasmani juga berpengaruh pada faktor kesehatan mental. Berikut merupakan ragam manfaat latihan kebugaran jasmani untuk kesehatan tubuh dan mental 1. Menjaga Berat Badan Ketika melakukan latihan kebugaran jasmani, tubuh mampu membakar kalori berlebih sehingga dapat menjaga berat badan ideal. Namun, manfaat kebugaran jasmani ini perlu juga dibarengi dengan pola makan sehat. 2. Mengendalikan Kadar Gula Darah Kadar gula dalam darah dapat dikendalikan atau diturunkan dengan melakukan latihan kebugaran jasmani atau berolahraga. Saat olahraga, kadar gula dalam tubuh dengan mudah dapat diambil oleh sel-sel tubuh. Dengan begitu kadar gula dalam darah pun menjadi lebih stabil sekaligus menurunkan risiko terkena penyakit diabetes tipe 2. 3. Mengurangi Risiko Penyakit Kardiovaskular Latihan kebugaran jasmani dapat meningkatkan kekuatan otot jantung sehingga menjaga tekanan darah tetap stabil. Itu sebabnya Anda dapat terhindar dari risiko penyakit jantung. Selain itu, manfaat kebugaran jasmani juga dapat meningkatkan kadar kolesterol baik dan mengurangi kadar kolesterol jahat dalam tubuh. Dengan begitu, Anda dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner. 4. Mengurangi Stres dan Depresi Manfaat kebugaran jasmani bukan hanya berpengaruh pada kesehatan tubuh saja, tapi juga kesehatan mental. Rutin melakukan latihan kebugaran jasmani dapat mengurangi stres serta meringankan gejala depresi. Latihan tersebut juga dapat meningkatkan kualitas tidur sehingga mampu menurunkan tingkat stres di hari berikutnya. Selain itu, orang yang rutin melakukan latihan kebugaran jasmani dapat mengurangi risiko gangguan mental dan mampu mengendalikan emosinya dengan baik. 5. Meningkatkan Energi Manfaat kebugaran jasmani lainnya yaitu dapat membantu meningkatkan energi dalam tubuh. Ketika melakukan latihan kebugaran jasmani, oksigen dan nutrisi akan menyasar seluruh jaringan di tubuh termasuk sistem kardiovaskular. Dengan begitu, jaringan dalam tubuh pun dapat bekerja secara efektif untuk memasok energi. Latihan kebugaran jasmani juga bisa meningkatkan kadar hormon norepinefrin, kortisol, dan epinefrin yang berfungsi untuk meningkatkan energi tubuh. 6. Menyehatkan Sistem Kerja Otak Salah satu manfaat kebugaran jasmani adalah dapat meningkatkan kinerja otak. Artinya, bila tubuh bugar, otak Anda pun mampu berfungsi secara optimal termasuk meningkatkan kemampuan berpikir dan daya ingat. Latihan kebugaran jasmani pada umumnya dapat meningkatkan detak jantung dan memperlancar aliran darah dan oksigen pada jaringan tubuh termasuk otak. Proses ini dapat merangsang produksi hormon hingga mampu mendorong pertumbuhan sel-sel otak. Risiko terkena penyakit yang berkaitan dengan otak seperti Alzheimer pun dapat dihindari. Manfaat kebugaran jasmani baik untuk menjaga kesehatan tubuh sekaligus mental. Dengan jasmani yang bugar, Anda pun dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan. Dukung kebugaran jasmani Anda dengan memberikan tubuh makanan bergizi dan dukung dengan minum Anlene setiap hari. Ada dua pilihan produk susu Anlene yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan Anda, yaitu Anlene Gold 5X dan Anlene Actifit 3X. Anlene Gold 5X merupakan susu untuk orang dewasa dengan formula MOVEMAX yang mengandung nutrisi superior untuk menjaga kesehatan tulang, kelenturan sendi, serta kekuatan otot dengan nutrisi utama Gold 5X, yaitu kalsium yang tinggi, kolagen + vitamin C dan protein + vitamin B6. Selain itu, Anlene Gold 5X juga mengandung nutrisi tambahan, yaitu kalium untuk menjaga tekanan darah tetap normal, kandungan serat yang cukup, serta ekstra vitamin B12 yang berperan dalam menjaga kesehatan sirkulasi darah dan pembentukan sel darah merah. Kemudian, ada juga Anlene Actifit 3X yang mengandung formula MOVEMAX yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, dan kandungan tinggi kalsium yang akan membantu pembentukan tulang dan gigi, serta mempertahankan kekuatannya. Kemudian, kandungan proteinnya bermanfaat dalam membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, ditambah dengan vitamin B6 yang merupakan faktor penting dalam metabolisme energi dan pembentukan jaringan. Selain itu, Anlene Actifit 3X dibuat dengan kandungan kolagen 100 mg/saji dan vitamin C yang akan membantu pembentukan dan pemeliharaan jaringan kolagen dan menjaga kelenturan sendi. Yuk, dukung olahraga Anda dengan minum Anlene, dua kali sehari, setiap hari, agar tulang, otot dan sendi kuat dan tubuh selalu sehat!
menjadi3 yaitu proses dalam otot, waktu terjadinya kelelahan, dan penyebabnya yaitu sebagai berikut : 1. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan a. Kelelahan akut Kelelahan akut terjadi pada aktivitas tubuh terutama yang banyak menggunakan otot. Hal ini disebabkan karena suatu organ atau seluruh tubuh bekerja secara terus menerus dan berlebihan. ABSTRAK Latihan fisik menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap frekuensi denyut nadi. Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan kebutuhan darah yang mengangkut O2 ke jaringan tubuh yang aktif, mengangkut bahan buangan seperti CO2 dan produk samping metabolisme lainnya. Makin meningkat intensitas latihan, maka frekuensi denyut nadi latihan semakin meningkat, sebaliknya semakin menurun intensitas latihan maka frekuensi denyut nadi semakin menurun. Perubahan ini diatur oleh sistem saraf dan sistem hormonal. Hal ini merupakan efek akut dari latihan. Apabila latihan fisik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dalam jangka waktu lama, maka akan terjadi penurunan frekuensi denyut nadi istirahat. Ini merupakan efek kronis dari latihan. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan tentang efek dari latihan fisik terhadap frekuensi denyut nadi. ABSTRACT Physical exercise leads to an increase on the pulse rate. This increase was due to increased need for blood that transports O2 to the tissues of the body active, transporting waste material such as CO2 and other metabolic byproducts. Increasing the intensity of exercise, the exercise pulse rate increases, on the contrary decreased intensity of exercise, the pulse rate decreases. These changes are regulated by the nervous system and the hormonal system. This is the acute effects of exercise. If the physical exercise done regularly and continuously in the long term, there will be a decrease in the resting pulse rate. It is a chronic effect of exercise. This article aims to describe the effects of physical exercise on the pulse rate. Key words physical exercise, pulse rate, acute effects of exercise, chronic effect of exercise PENDAHULUAN Latihan fisik atau aktivitas fisik berpengararuh langsung terhadap sistem kardiovaskular, baik efek akut maupun efek kronis. Efek akut dari latihan fisik adalah meningkatkan denyut nadi dan frekuensi pernapasan. Selanjutnya hasil penelitian terdahulu didapatkan, latihan secara aerobik yang dilangsungkan selama 2X30 menit dapat meningkatkan frekuensi denyut nadi, asam laktat darah, suhu tubuh, dan tekanan darah latihan 1. Efek kronis latihan adalah meningkatkan ukururan jantung terutama ventrikel kiri, meningkatkan persediaan darah, menurunkan frekuensi denyut nadi istirahat, menormalkan tekanan darah, dan memperbaiki pendistribusian darah 2. Hal yang serupa juga disampaikan bahwa latihan fisik secara teratur memiliki beberapa keuntungan terhadap sistem kardiovaskular, di antaranya; menormalkan tekanan darah, memperkuat otot jantung, menurunkan frekuensi denyut nadi istirahat, dan meningkatkan To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... Pengeluaran cairan tubuh berlebih ini bertujuan untuk meningkatkan pembuangan panas tubuh, karena panas tubuh bersamaan keluar melalui keringat. 6,7 Latihan fisik secara aerobik dalam waktu lama, akan menurunkan cairan tubuh. 8 Didapatkan terjadi peningkatan pengeluaran cairan tubuh secara bermakna saat latihan fisik pada kelembaban udara 40% dibandingkan dengan kelembaban 50% dan 60%. 9 Dengan menurunnya cairan tubuh saat latihan fisik, maka viskositas darah akan meningkat. ... I Nengah SupartaI Gede AriyasaWayan TeresnaNegeri SurabayaABSTRAK Latihan fisik dapat menyebabkan berbagai perubahan fungsi tubuh diantaranya adalah peningkatan terhadap suhu tubuh. Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan karena sebagian besar energi saat aktivitas diubah menjadi panas. Panas yang dihasilkan itu harus segera dikeluarkan agar homeostasis tubuh berjalan dengan baik. Kecepatan pengeluaran panas tubuh tergantung dari faktor lingkungan, diantaranya adalah suhu dan kelembaban relatif udara. Semakin meningkat kelembaban udara, semakin meningkat pula suhu tubuh saat latihan dan sebaliknya semakin menurun kelembaban relatif udara maka suhu tubuh akan semakin menurun. Perubahan suhu tubuh ini tidak terus menurun, akan tetapi diatur oleh sistem saraf. Peningkatan panas tubuh berkelanjutan dapat disebabkan karena latihan fisik berkelanpanjangan dalam waktu yang lama yang dilakukan dalam ruangan dengan kelembaban yang tinggi. Peningkatan sehu tubuh ini dapat disebabkan karena menurunnya cairan tubuh akibat dari pengeluaran keringat berlebih. Untuk menanggulangi penurunan cairan tubuh maka perlu mengkonsumsi cairan yang sesuai dengan cairan yang keluar. Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk menguraikan efek dari latihan fisik terhadap perubahan suhu tubuh. Kata kunci latihan fisik, kelembaban relative, suhu tubuh, pengeluaran keringat, cairan tubuh ABSTRACT Physical exercise can cause changes in body functions such as an increase in the body temperature. Increased body temperature is caused because most of the energy is converted to heat when activity. The resulting heat must be removed in order to homeostasis of the body running well. Free body heat expenditure depends on environmental factors, such as temperature and relative humidity. Increasing humidity, also increase the body temperature during exercise and conversely the relative humidity decreases the body temperature will decrease. Changes in body temperature does not continue to decline, but is regulated by the nervous system. Continuous increase in body heat can be caused by physical exercise sustained for a long time were conducted in a room with high humidity. Increased body temperature can be caused due to decreases in body fluids as a result of excessive sweating. To cope with a decrease in body fluids then need to consume liquids in accordance with the juices. This article was written with the purpose of outlining the effects of physical exercise on changes in body Kharisma Mochamad Zakky MubarokTujuan penelitian ini hendak mengkaji mengenai tingkat kondisi fisik pada atlet futsal putri AFKAB Indramayu tahun 2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang menggunakan metode survei dan teknik pengumpulan datanya menggunakan tes dan pengukuran, sehingga memberikan gambaran mengenai apa yang akan diteliti berupa angka-angka dan diukur secara pasti. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah atlet futsal puteri AFKAB Indramayu yang berjumlah 20 orang. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kondisi fisik yakni tes multistage fitness atau tes lari multi tahap mengacu pada tes pengukuran Ismaryati 2008 86. Berdasarkan data penelitian futsal puteri AFKAB Indramayu yang berjumlah 20 atlet dengan menggunakan Tes Multi Tahap dari Ismaryati 2008 87. Hasil analisis menunjukkan nilai rata-rata sebesar dan Standar Deviasi simpangan baku sebesar Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan bahwa tingkat kondisi fisik dengan menggunakan Tes Multi Tahap masuk kategori sangat baik sebanyak 0 atlet, 1 atlet masuk kategori baik, 6 atlet kategori sedang, 11 atlet masuk kategori kurang dan sisanya 2 atlet masuk kategori sangat kurang. Prosentase tersebut terdapat 10% kategori sangat kurang, 55% kurang, 30% sedang, 5% baik dan 0% sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa tingkat Kondisi fisik futsal puteri AFKAB Indramayu dalam kategori KurangResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.

Polamakan yang tidak sehat pada remaja terjadi karena kurangnya pengetahuan gizi, sehingga remaja tidak mampu memenuhi keanekaragaman zat makanan yang dibutuhkan untuk proses pembentukan Hb. Hal ini akan terjadi dalam jangka waktu lama sehingga menyebabkan kadar Hb terus berkurang dan menimbulkan anemia (Brown, et al., 2011). Pemerintah

The scientific review manuscript from the results of this literature review elaborates the changes that occur in the body as an impact of old immobilization. Immobilization is a condition in which a person experiences movement limitations as a result of interference in the body's organs. The limitation of this physical movement as a physiological change in the body results from a period of time immobilization. Physiological changes during immobilization in a long time cause disruption of adaptation in the musculoskeletal includes permanent disruption of mobilization that will affect muscle endurance and decrease muscle mass, atrophy and muscle stability. In the cardiovascular section includes orthostatic hypotension disorders and thrombus formation, whereas on the respiration section includes disturbances in the decrease in various of lung volumes as a result of weakening of the respiratory muscles so that it affects the respiratory motion. By understanding the physiological changes that occur as a result of immobilization in a long time, it is expected that this literature review can find out how the prevention process and further the handling process. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Ujang Rohman2019Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam Waktu Lama[367]PERUBAHAN FISIOLOGIS TUBUH SELAMA IMMOBILISASIDALAM WAKTU LAMAUjang RohmanUniversitas PGRI Adi Buana SurabayaEmail ujang_roh64 31 July 2019; Accepted 26 December 2019; Published 27 December 2019Ed 2019; 42 367-378ABSTRAKNaskah ulasan ilmiah dari hasil kajian pustaka ini menguraikan tentang perubahan yang terjadi padatubuh sebagai dampak immobilisasi lama. Immobilisasi adalah keadaan di mana seseorang mengalamiketerbatasan gerak sebagai akibat adanya gangguan pada organ tubuh. Keterbatasan gerak fisik inisebagai perubahan fisiologis tubuh akibat dari periode waktu masa immobilisasi. Perubahan fisiologisselama immobilisasi dalam waktu lama menyebabkan gangguan adaptasi pada bagian musculoskeletalmeliputi gangguan mobilisasi permanen yang akan mempengaruhi daya tahan otot dan penurunan masaotot, atrofi serta stabilitas otot. Pada bagian cardiovascular meliputi ganguan hipotensi ortostatik danpembentukan thrombus, sedangkan pada bagian respirasi meliputi gangguan terjadinya penurunanberbagai volume paru sebagai akibat melemahnya otot-otot respirasi sehingga berpengaruh terhadapgerakan respirasi. Dengan memahami perubahan fisiologis yang terjadi akibat immobilisasi dalam waktulama, diharapkan kajian pustaka ini dapat diketahui bagaimana proses pencegahannya dan lebih lanjutproses Kunci Perubahan Fisiologis; ImmobilisasiPHYSIOLOGICAL CHANGES OF THE BODY DURING IMMOBILIZATIONIN A LONG TIMEABSTRACTThe scientific review manuscript from the results of this literature review elaborates the changes thatoccur in the body as an impact of old immobilization. Immobilization is a condition in which a personexperiences movement limitations as a result of interference in the body's organs. The limitation of thisphysical movement as a physiological change in the body results from a period of time changes during immobilization in a long time cause disruption of adaptation in themusculoskeletal includes permanent disruption of mobilization that will affect muscle endurance anddecrease muscle mass, atrophy and muscle stability. In the cardiovascular section includes orthostatichypotension disorders and thrombus formation, whereas on the respiration section includes disturbancesin the decrease in various of lung volumes as a result of weakening of the respiratory muscles so that itaffects the respiratory motion. By understanding the physiological changes that occur as a result ofimmobilization in a long time, it is expected that this literature review can find out how the preventionprocess and further the handling Physiological Changes; ImmobilizationCopyright © 2019, Journal Sport AreaDOI To Cite Rohman, U. 2019. Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam WaktuLama. Journal Sport Area,42, 2527-760X PrintISSN2528-584X OnlineJournal Sport Area Ujang Rohman2019Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam Waktu Lama[368]PENDAHULUANImmobilisasi adalah keadaan seseorang dalam kondisi tidak bergerak secara aktifsebagai akbibat adanya gangguan pada organ tubuh baik fisik maupun setiap individu dalam bergerak adalah salah satu kebutuhan dasarseseorang yang harus dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut denganmelakukan aktivitas berupa gerak yang teratur dan kontinue. Gerak tersebut dalambentuk mobilisasi yang bertujuan memenuhi kebutuah dasar dengan melakukanaktivitas dalam kehidupan sehari-hari dan mempertahankan diri dari trauma, konsepdiri, mengekspresikan emosi dengan berbagai gerakan. Immobilisasi adalah suatukeadaan dimana seseorang mengalami keterbatasan gerak fisik. Sedangkan immobilisasidapat berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhanoksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Seseorang yangmengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari atropidisuse.Prevalensi in-aktivitas secara fisik semakin meningkat pada orang dewasa, yangmerupakan salah satu faktor resiko penyakit kardiovaskular Demiot et al., 2007. Selainitu, in-aktivitas juga dapat meningkatkan resiko hipertensi 30%, kanker kolon 41%,kanker payudara 31%, diabetes tipe 2 50%, dan osteoporosis 59% Demiot et al., 2007Namun terkadang, in-aktivitas adalah suatu kondisi yang tidak dapat cukup lama dapat terjadi pada seseorang yang tidak mampu untuk berdiriatau keadaan yang menyebabkan seseorang harus berbaring akibat adanya kondisipatologis, misalnya fraktur tulang yang juga sering terjadi pada seorang atlet akibatkecelakaan pada saat latihan maupun pertandingan. Immobilisasi akan mempengaruhibeberapa organ tubuh, seperti gangguan pada sistem kardiovaskular, sirkulasi darahferifer dan pernafasan. Pada sistem kardiovaskular salah satunnya terjadi penurunankemampuan saraf otonom untuk memenuhi persediaan darah dalam tubuh orthostatichipotensi. Sedangkan gangguan pada sistem pernafasan akan terjadi respon fisiologisdengan menurunnya pergerakan paru dalam mengambil oksigen dari udara ekspansiparu sehingga menyebabkan menurunnya asupan oksigen O2 pada tubuh. Selain ituImmobilisasi juga akan mempengaruhi kulit secara langsung, berupa penyusutankolagen dan serat elastis menyebabkan kulit tipis dan melemahnya elastisitas kulit. Halini dapat mengakibatkan gesekan friction atau geser shear sehingga menyebabkanlapisan kulit memisah atau sobek Sumara, 2017.Adaptasi fisiologis terhadap in-aktivitas secara fisik terjadi ketika berada dalamkeadaan immobilisasi yang lama atau berada dalam kondisi mikrogravitasi di luarangkasa. Dimana perubahan tubuh pada saatimmobilisasi lama yang diberi latihanspaceflight secara integral berperan dalam mempertahankan fungsi neuromaskuler dankardiovakular yang dapat mempertahankan kinerja fungsional tubuh Mulavara, Peters,Miller and Kofman, 2018. Adaptasi fisiologis yang terjadi pada keadaan immobilisasimerupakan kebalikan dari perubahan fisiologis yang terjadi pada saat aktivitas. Secaraumum, adaptasi fisiologis yang terjadi akibat immobilisasi lama adalah hilangnyastruktur dan proses fisiologi, yang cenderung bersifat mal-adaptasi menyebabkankondisi tidak sehat, bahkan pada beberapa kasus dapat mengancam jiwa Booth & Lees,2007.Tulisan ulasan ilmiah dalam bentuk kajian teori ini membahas mengenai perubahandan respon fisiologis selama immobilisasi dalam waktu lama yang difokuskan padaadaptasi dan gangguan pada sistem metabolisme metabolism, otot rangka Ujang Rohman2019Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam Waktu Lama[369]musculoskeletal, jantung cardiovascular dan pernapasan respirasi. Denganmemahami perubahan fisiologis yang terjadi akibat immobilisasi dalam waktu lama,memungkinkan sebagai bahan referensi untuk mengetahui akibatnya sehinggabagaimana proses pencegahannya dan lebih lanjut proses dalam artikel ini adalah jenis ulasan ilmiah yang didasarkan dandinarasikan dari hasil beberapa referensi berupa konsep-konsep yang dideskripsikandalam bentuk judul mengenai perubahan fisiologis selama immobilisasi dalam waktulama yang kaitannya pada sistem neuromuskular, respirasi dan PENELITIANMetode yang digunakan dalam penelitian ini metode penelitian kualitatif. Metodepenelitian ini dilakukan melalui pendekatan yang meliputi 1 studi pustaka yaitumelakukan pengumpulan data dengan referensi kepustakaan dari sumber yang bersifatprimer maupun sekunder berupa buku, jurnal, laporan penelitian, majalah, surat kabardan media internet untuk memperkuat argumen penelitian sebagai literatur, 2observasi yaitu mengumpulkan data melalui pengamatan langsung pada objek penelitianyang terkait dengan orang-orang yang mengalami in-aktivitas, 3 wawancara yaitumelakukan interaksi dialog langsung dengan objek penelitian yang mengalami penelitian kualitatif dilakukan dengan menentukan sumber data yangdiharapkan dapat memberikan informasi untuk melengkapi data yang terkumpul dengancara menggabungkan data dari hasil kajian literatur dengan hasil obeservasi danwawancara di lapangan. Berdasarkan konsep tersebut dapat dijabarkan gambaran desainpenelitian sebagai berikutGambar 1. Bagan Disain Penelitian KualitatifDASAR TEORINeuromuskularSistem neuromuskular sangat besar pengaruhnya pada mobilisasi seseorang, karenasaat seseorang melakukan aktivitas, kontraksi otot selalu dirangsang oleh saraf sehinggaotot terkontrol kekuatan dan akurasinya. Sistem neuromuskular terdiri dari otot, sendi,tulang, ligamen, tendon,kartilago dan saraf. Saat kontraksi otot ada dua tipe kontraksiyaitu 1 kontraksi isotonik dimana peningkatan tekanan otot menyebabkan otot Ujang Rohman2019Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam Waktu Lama[370]memendek dan 2 kontraksi isometric dimana peningkatan tekanan otot tidak adapemendekan dari immobilisasi yang cukup lama, akan terjadi respon fisiologis pada sistemotot rangka. Respon fisiologis tersebut berupa gangguan mobilisasi permanen yangmenjadikan keterbatasan mobilisasi. Keterbatasan mobilisasi akan mempengaruhi dayatahan otot sebagai akibat dari penurunan masa otot, atrofi dan stabilitas. Pengaruh ototakibat pemecahan protein akan mengalami kehilangan masa tubuhyang terbentuk olehsebagian otot. Karena itu, penurunan masa otot tidak mampu mempertahankan aktivitastanpa peningkatan kelelahan. Selain itu juga terjadi gangguan pada metabolismekalsium dan mobilisasi sendiAtrofi otot adalah perubahan yang terjadi pada otot akibat kondisi tidakdipergunakan misalnya immobilisasi atau karena pembebanan yang kurang mismikrogravitasi pada astronot di luar angkasa, penuaan, kelaparan, dan sejumlahpenyakit lainnya mis kaheksia. Atrofi pada otot ditandai dengan berkurangnya proteinpada sel otot, diameter serabut, produksi kekuatan, dan ketahanan terhadap kelelahanKandarian, 2008. Jika otot tidak digunakan selama beberapa hari atau minggu, makakecepatan penghancuran protein kontraktil otot aktin dan myosin lebih tinggidibandingkan pembentukkannya, sehingga terjadi penurunan protein kontraktil otot danterjadi atrofi otot. Hal ini juga dapat terjadi jika suplai saraf pada otot tidak ada. Jikasinyal untuk kontraksi menghilang selama 2 bulan atau lebih, akan terjadi perubahandegeneratif pada otot yang disebut dengan atrofi degeneratif. Pada akhir tahap atrofidegeneratif terjadi penghancuran serabut otot dan digantikan oleh jaringan fibrosa danlemak. Bagian serabut otot yang tersisa adalah membrane sel dan nucleus tanpa disertaidengan protein kontraktil. Kemampuan untuk meregenerasi myofibril akan fibrosa yang terjadi akibat atrofi degeneratif juga memiliki kecenderunganuntuk memendek yang disebut dengan kontraktur. Oleh karena itu sangat penting bagifisioterapi untuk mencegah otot yang mengalami atrofi menjadi kontaktur. Hal ini dapatdicegah dengan peregangan otot setiap hari atau memakai alat yang dapat menjaga ototagar teregang selama proses atrofi Guyton & Hall, 2012. Diagram yangmenggambarkan kerangka terjadinya stimulus yang merangsang dan implikasinyaterhadap berbagai kondisi immobilisasi yang menyebabkan atrofi 2. Bagan Kondisi Immobilisasi Menyebabkan Atrofi OtotKandarian, 2008. Ujang Rohman2019Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam Waktu Lama[371]KardiovaskularImmobilisasi yang lama dapat menyebabkan penurunan yang significant padavolume dan berat ventrikel kiri dan kanan, serta aksis mayor ventrikel kiri setelah 60hari berbaring dengan kemiringan kepala 6°Head DownTilt =HDT yang menunjukkanterjadinya atrofi pada jantung. Hal ini menyebabkan berkurangnya isi sekuncup StrokeVolume=SV pada posisi berdiri, curah jantung Cardiac Output, peningkatan denyutjantung dan hipovolemia Dorfman et al., 2007. Menurunnya cardiac output COmenyebabkan turunnya VO2 max Demiot et al., 2007.Posisi HDT mengakibatkan adanya re-distribusi cephalic dan intrathoracic darivolume intravascular dan peningkatan transient SV sekunder karena hilangnya gradienttekanan hidrostatik dan gravitasi akut. Ketika terjadi diuresis, Hal ini menyebabkanterjadinya keseimbangan hemodinamik yang baru yang merupakan pertengahankeseimbangan hemodinamik antara posisi berdiri dan berbaring telentang. Selain itu,juga terjadi intoleransi hipotensi ortostatik. Selain itu system simpatis hipo-adrenergikdan volume plasma yang dependen Dorfman et al., 2007. Perubahan sistemkardiovaskuler dipengaruhi oleh lama menyebabkan terjadinya penurunan berbagai volume parudiakibatkan karena melemahnya otot-otot respirasi sehingga menurunnya gerakanrespirasi, di antaranya yaitu1. Penurunan Kapasitas Vital yang disebabkan karena menurunnya performa ototinspirasi dan 3. Grafik Penurunan Kapasitas Vital Pada Saat ImmobilisasiH 113 danSetelah Immobilisasi H 120 +3, +15Montmerle, Spaak, & Linnarsson, 20022. Terjadi penurunan FEF25-75% 20% pada posisi supine yang disebakan karenamenurunnya elastic Terjadi Penurunan FEF 25-75% Pada Kondisi yang Sama denganKapasitas Difusi Pulmonal Menurun Pada Posisi Berdiri dan Supine 20%Montmerle et al., 2002 Ujang Rohman2019Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam Waktu Lama[372]Gambar Terjadi Penurunan Kapasitas Difusi Pada Kondisi yang SamaMontmerle et al., 20023. Aliran darah pulmonal meningkat 20% pada posisi supine dan 35% pada posisiberdiri. Hal ini disebabkan karena menurunnya volume plasma dan darah. Selain itu,immobilisasi lama juga meningkatkan resiko terjadinya edema pulmonal,terganggunya kemampuan untuk membersihkan sekresi tracheobronchial danmeningkatnya emboli paru. Namun immobilisasi lama tidak menyebabkan terjadinyaperubahan pada Peak Expratory Flow PEFHASIL DAN PEMBAHASANImmobilisasi atau gangguan mobilisasi adalah keadaan seseorang yang tidak dapatbergerak secara bebas yang disebabkan adanya gangguan pada sistem motorik fisologis yang terjadi pada tubuh apabila immobilisasi yang cukup lamaantara lain meliputiPerubahan Pada Sistem MetabolismeImmobilisasi pada periode yang lama akan mengganggu sistem metabolismeberupa menurunnya kecepatan metabolisme pada tubuh seseorang yang lebih dikenaldengan istilah tingkat metabolime basal atau Basal Metabolism Rate BMR.Menurunya BMR akan mengakibatkan berkurangnya pasokan energi pada sel-sel tubuhyang menyebabkan gangguan pada proses pemenuhan kebutuhan oksigen oksigenasisel dan proses anabolisme menurun serta proses katabolisme meningkat sehinggaberesiko meningkatkan gangguan metabolisme itu perubahan metabolisme tubuh akibat immobilisasi yang cukup lama akanmenyebabkan cairan elektrolit pada tubuh tidak seimbang dan terjadi ganngguan dalammengubah zat gizi pada sistem pencernaan gastrointestinal.Terjadinya perubahanpada metabolisme, system endokrin dan sebagainya sebagaimana terangkum 1. Efek immobilisasi Pada Berbagai Organ TubuhKekuatan otot dan aliran darah ke otot menurunPengeroposan tulang meningkat, kepadatan tulangmenurunVolume tekanan menurun, curah jantung menurun danhipotensi ortostatikJalan pernafasan menurun, pengambilan oksigen O2menurun, meningkatkan potential untuk atelaktasisAnoreksia malnutirisi, sembelit Ujang Rohman2019Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam Waktu Lama[373]Immobilisasi pada periode yang lama akan mengganggu keseimbangan nitrogenN yang negatif sehingga terjadi kerusakan protein terutama protein otot sebagai akibatmenurunnya pembentukan protein sintesis protein, selain itu keseimbangan N yangnegatif dapat menurunkan kecepatan penyembuhan fungsional tubuh. Oleh karena ituuntuk mengatasinya dilakukan latihan selama periode immobilisasi. Denganmempertimbangkan faktor-faktor yang berkontribusi seperti efek latihan, durasi istirahatdan langkah-langkah pengetahuan kognitif yang diberikan, maka seseorang yangmemiliki antivitas fisik terbatas in-aktivitas dapat dipertahankan melalui upayakesehatan dan kognitif yang tetap semangat Dolenc & Petrič, 2013Perubahan Pada OtotTahapan terjadinya atrofi otot dimulai dengan berkurangnya tonus otot. Hal inimenyebabkan 1 Myostatinregulator negative untuk pertumbuhan otot termasukfamily menyebabkan atrofi otot melalui penghambatan pada prosestranslasi protein sehingga menurunkan kecepatan sintesis protein. 2 NF-κB merupakanfamily dari 5 faktor transkripsi [p65Rel A, Rel B, c-Rel, p52, and p50].NF-κBmenginduksi atrofi dengan aktivasi transkripsi dan ubiquinasi protein. Jika otot tidakdigunakan menyebabkan peningkatan aktivitas transkripsi dari NF-κB. 3 ReactiveOxygen Species ROS pada otot yang mengalami yang tidak mendapatkan pembebanan akan meningkatkan produksi Cu, ZnSuperoksida Dismutase yang menyebabkan kerusakan yang ditambah lagi denganmenurunya catalase,glutathioneperoksidase, dan mungkin Mn, superoksida dismutase,yaitu sistem yang akan memetabolisme kelebihan ROS. ROS menyebabkan peningkatankerusakan protein, menurunnya ekspresi myosin, dan peningkatan espresi komponenjalur ubiquitine proteolitik beban pada otot menyebabkan menurunnya sintesis protein. TranslasimRNA menjadi protein meliputi tiga tahapan yaitu, inisiasi,elongasi dan pertama lebih banyak dipengaruhi pada atrofi. 4E-BP-1 merupakan faktorinisiasi translasi yang dalam keadaan tidak terfosforilasi bekerja sebagai faktor inhibitortranslasi yang kuat dengan mengikat faktor inisiasi pengikatan eukariotik eIF-4E.Pada keadaan tidak terpakai selama 14 hari, ikatan 4E-BP-1 dengan eIF-4E tikus meningkat, sehingga proses translasi akan menurun, sistemproteolitik pada atrofi otot akibat tidak terpakai. Terjadinya atrofi otot dikarenakanserabut-serabut otot tidak berkontraksi dalam waktu yang cukup lama sehingga perlahanakan mengecil atrofi dimana terjadi perubahan antara serabut otot dan berubah berpotensi kerusakan pada kulitSosial terisolasi, gelisah, depresi, disorientasi Ujang Rohman2019Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam Waktu Lama[374]Gambar 5. A. Sistem Calpain Dependent Calsium. B. Sistem Protease LysosomalKatepsin. C. Sistem Ubiquitin Ub;c Proteosome Dependent ATPKandarian, 2008Pada gambar 5 memperlihatkan peningkatan ke 3 sistem ini terlibat pada prosesproteolitik. Protein yang berperan pada pembentukan dan pelipatan protein myofibriladalah substrate calpaintitin,vinculin,nebulin, dan lain-lain. Aktivasi calpain akanmenyebabkan dis-integrasi dan lepasnya myofibril dari susunannya. Miofibril yangterlepas kemudian akan mengalami degradasi oleh system ubiquitin Ub;c-proteosomedependent ATP, dan masuk ke dalam lisosom untuk dihancurkanKandarian, 2008.Akibat dari hal tersebut di atas adalah 1 kekuatan otot menurur 4-5% perminggu,2 Atrofi otot dengan cepat primer bedrest,gips pada tungkai dan sekunderpolineuropathy dan myopathy, 3 Grup otot yang paling cepat terkena adalah otot-ototyang dipergunakan untuk mempertahankan postur, 4 Satu hari bedrest memerlukan 2minggu rekondisi untuk mengembalikan kekuatan otot Candow & Chilibeck, 2005.Perubahan Pada SkeletonPerubahan yang terjadi pada sistem skeleton sebagai akibat immobilisasi padaperiode yang lama berupa adanya gangguan metabolisme kalsium dan kelainan tersebut mengakibatkan resorbsi pada tulang yang menyebabkan jaringantulang menjadi tidak padat sehingga terjadi pengeroposan tulang osteoporosis.Menurut Kaneguchi, Ozawa, Minamimoto, & Yamaoka 2018 latihan dalam waktujangka panjang setelah durasi imobilisasi lainnya dapat secara positif mempengaruhipemulihan dari kontraktur sendi yang diinduksi imobilisasi. Selain itu olahraga denganintensitas tinggi harus dihindari selama fase awal remobilisasi setelah imobilisasi sendi,bukan untuk menyebabkan cedera iatrogenic Kaneguchi et al., 2018.Immobilisasi yang lama menyebabkan terjadinya proses demineralisasi yang cepatdan diffuse pada tulang, dimana mineral tubuh hilang 0,5% per bulan dan tulang panggul hip dan vertebra turun 2,9% dan 3,8% padaimmobilisasi 12 minggu. Hal ini menyebabkan percepatan terjadinya osteoporosis danfaktor resiko terjadinya fraktur Hudec & Camacho, 2012. Sedangkan perubahanlainnya adalah terjadinya pembengkokan lateral tulang belakang. Menurut Holla et al.,2016 bisa dilakukan dengan bantuan perangkat torak setinggi bagian leher cervicoakan mengurangi fleksi dan ektensi dan juga mengurangi pembengkokan lateran danrotasi ke tingkat lebih rendah. Perangkat torak service rendah membatasi tekukan lateralke tingkat yang sama seperti perangkat torak servico-tinggi, tetapi jauh lebih efektifuntuk membatasi fleksi, ekstensi, dan rotasi. Akhirnya, perangkat kranio-torak hampirsepenuhnya membatasi pergerakan tulang belakang leher Holla et al., 2016. Menurut Ujang Rohman2019Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam Waktu Lama[375]Moseley et al., 2015 pembatasan gerak pada kemungkinan cedera tulang belakangharus dievaluasi dengan benar dan diambil tindakan yang tepat. Tidak semua pasientrauma memerlukan restriksi gerak tulang Pada KardiovaskularPerubahan yang terjadi pada kardiovaskular sebagai akibat immobilisasi padaperiode yang lama, menyebabkan hipotensi ortostatik yaitu peningkatan beban kerjajantung dan adanya pembentukan trombus thrombus. Hal ini disebabkan adanyapenurunan kemampuan saraf otonom. Selain itu akan menurunkan reflek neurovaskulardan menyebabkan vasokontriksi dimana darah terkumpul pada vena bagian bawahsehingga sistem sirkulasi darah akan mengalami hambatan. Penurunan tekanan darahsistolik 25 mmhg dan diastolik 10 mmhg ketika dari posisi berbaring atau dudukkeposisi berdiri. Peningkatan kerja jantung dikarenakan adanya posisi berbaringhorizontal yang menyebabkan darah pada bagian anggota bagian bawah lowerextremity meningkatkan aliran vena kembali ke jantung sehingga terjadi peningkatankerja jantung. Efek immobilisasi akan terjadi peningkatan status adrenergic tonussimpatikus denyut jantung dan penurunan efisiensi itu immobilisasidalam waktu yang lama akan menyebabkan aliran darah pada anggota badan bagianbawah lower extremity tidak lancar statis yang mengganggu faktor-faktorpembekuan pada endotel pembuluh darah. Sedangkan adanya pembentukan trombuspada immobilisasi yang cukup lama disebabkan oleh vena statis yaitu menurunnyakontraksi otot muskular yang dapat meningkatkan arus balik vena. Terganggunyafaktor pembekuan akan timbul bekuan darah trombus di katub-katub vena extremitasbawah. Selain itu pada immobilisasi lama terjadi perubahan disfungsi endotil padamikro sirkulasi yang ditandai dengan penurunan vasodilatasi-dependent endothel danpeningkatan sel endotel yang bersirkulasi terutama disebabkan jalur memiliki fungsi yang penting pada homeostasis dan aliran darah lokal. Endotelakan menginduksi vasodilatasi, membatasi inflamasi vaskular, dan mempertahankankekentalan cairan. Disfungsi endotel mengakibatkan adanya vasokontriksi, thrombosisdan inflamasi dan merupakan faktor utama penyebab terjadinya darah pada sirkulasi memiliki tekanan tangensial pada permukaan selendotel yang kemudian mencegah tekanan yang terlalu besar pada arteri-arteri kecil danresistensi perifer vaskular. Penurunan kronis tekanan pada lumen vascular akanmenyebabkan terganggunya fungsi endotel dan meningkatnya apoptosis sel. Disfungsiendothelial pada mikrosirkulasi menyebabkan terjadinya atrofi otot, perubahanmetabolisme energi, pembentukan mulkus pada kulit Demiot et al., 2007.Immobilisasi lama tidak menyebakan terjadinya perubahan yang signifikan padatekanan arteri rata-rata seperti terlihat dalam periode yang lama akan menyebabkan terjadinya orthostatichipotensi yaitu terjadinya penurunan kemampuan saraf otonom untuk memenuhipersediaan darah dalam tubuh Mulavara, Peters, Miller and Kofman, 2018. Selain ituimmobilisasi dalam periode yang lama juga menyebabkan penurunan pada tonus ototpada tungkai sehingga akan mengurangi aliran darah pada pembuluh darah vena besardi bagian ektremitas bawah tubuh. Immobilisasi dalam periode yang lama menyebabkanmeningkatnya resorpsi tulang sehingga menimbulkan penurunan kalsium dalam darahdan juga meningkatkan terjadinya pengeluaran kalsium melalui urin hiperkalsemia. Ujang Rohman2019Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam Waktu Lama[376]Tabel Arteri Rata-Rata Pada Orang yang Tidak Latihan dan LatihanPada Posisi BerbaringRerata tekan arteri, mmHgPeriode BasalIontophoresisPemanasanKontrol Doppler, auPeriode ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± Suhu Kulis, oCPeriode ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± itu immobilisasi dalam periode lama dapat menyebabkan penurunan yangberarti pada volume dan berat ventrikel kiri dan kanan, serta aksis mayor ventrikel kirisetelah 60 hari berbaring dengan kemiringan kepala 6° Head Down Tilt =HDTmenunjukkan terjadinya atrofi pada jantung. Hal ini menyebabkan berkurangnya isisekuncup stroke volume=SV pada posisi berdiri dan curah jantung cardiac output,peningkatan denyut jantung dan hipovolemia. Menurunnya cardiac output COmenyebabkan Pada RespirasiImmobilisasi pada periode yang lama menyebabkan menurunnya gerakan respirasi,di antaranya berupa penurunan kapasitas vital yang disebabkan karena menurunnyaperforma otot inspirasi dan ekspirasi, kemudian terjadi penurunan Peak Expratory FlowPEF 25-75% dan 20% pada posisi berbaring supine yang disebabkan karenaelastisitas otot menurunnya elastic recoil. Selanjutnya terjadi penurunan volumeplasma dan darah dikarenakan aliran darah paru meningkat 20% pada posisi berbaringdan 35% pada posisi berdiri. Selain itu juga akan meningkatkan resiko terjadinya edemaparu edema pulmonal, terganggunya kemampuan untuk membersihkan sekresi trakeobronkial trachea bronchial dan meningkatnya emboli paru. Namun immobilisasi lamatidak menyebabkan terjadinya perubahan pada puncak aliran ekspirasi Peak ExpratoryFlow.Immobilisasi pada periode yang lama dapat menurunkan ekspansi paru karenaterjadi tekanan yang berlebihan pada permukaan paru-paru sehingga terjadi penurunanvolume udara yang masuk dan adanya peningkatan sekresi kajian teori dan pembahasan beberapa konsep dapat disimpulkanbahwa immobilisasi dalam periode yang lama akan terjadi respon fisologis pada sistemotot rangka. Respon fisiologis pada sistem otot rangka tersebut berupa gangguanmobilisasi permanen yang menyebabkan keterbatasan mobilisasi. Keterbatasanmobilisasi akan mempengaruhi daya tahan otot sebagai akibat dari penurunan masa otot,atrofi dan stabilitas. Pengaruh otot akibat pemecahan protein akan mengalami Ujang Rohman2019Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam Waktu Lama[377]kehilangan masa tubuh yang terbentuk oleh sebagian otot. Karena itu, penurunan masaotot tidak mampu mempertahankan aktivitas tanpa peningkatan kelelahan, selain itujuga terjadi gangguan pada metabolisme kalsium dan mobilisasi immobilisasi dalam periode lama pada sistem kardiovaskularmenyebabkan peningkatan beban kerja jantung orthostatic hipotensi dan adanyapembentukan trombus. Keadaan hipotensi ortostatik ditandai dengan pusing, pucat,keluar keringat dan jika berdiri terasa nyeri di kaki, sedangkan pembentukan trombusditandai dengan peningkatan statis vena dan tekanan luar yang melawan pada sistem respirasi menyebabkan terjadinya penurunan volume parusebagai akibat dari melemahnya otot-otot respirasi sehingga menurunnya PUSTAKABooth, F. W., & Lees, S. J. 2007. Fundamental questions about genes, inactivity, andchronic diseases. Physiological Genomics,282, 146– D. G., & Chilibeck, P. D. 2005. Differences in size, strength, and power ofupper and lower body muscle groups in young and older men. Journals ofGerontology - Series A Biological Sciences and Medical Sciences,602, 148– C., George, F. D., Fortrat, J. O., Sabatier, F., Gharib, C., Larina, I., … Custaud,M. A. 2007. WISE 2005 Chronic bed rest impairs microcirculatory endotheliumin women. American Journal of Physiology - Heart and Circulatory Physiology,2935, 1–26. P., & Petrič, M. 2013. The effects of prolonged physical inactivity induced bybed rest on cognitive functioning in healthy male participants. AnnalesKinesiologiae,42, 130– T. A., Levine, B. D., Tillery, T., Peshock, R. M., Hastings, J. L., & Schneider,S. M. 2007. Cardiac atrophy in women following bed rest. Journal of AppliedPhysiology,1031, C. A., & Hall, J. E. 2012. Textbook of Medical Physiology Thirteenth.Philadelphia Elsevier M., Huisman, J. M., Verdonschot, N., Goosen, J., Hosman, A. J., & Hannink, G.2016. The ability of external immobilizers to restrict movement of the cervicalspine a systematic review. European Spine Journal,257, 2023– S., & Camacho, P. 2012. Secondary causes of osteoporosis. EndocrinePractice,191, 120–128. Ujang Rohman2019Perubahan Fisiologis Tubuh Selama Immobilisasi Dalam Waktu Lama[378]Kandarian, S. 2008. The molecular basis of skeletal muscle atrophy - Parallels withosteoporotic signaling. Journal of Musculoskeletal Neuronal Interactions,84,340– A., Ozawa, J., Minamimoto, K., & Yamaoka, K. 2018. Active exercise onimmobilization-induced contractured rat knees develops arthrogenic jointcontracture with pathological changes. Journal of Applied Physiology,1242,291–301. S., Spaak, J., & Linnarsson, D. 2002. Lung function during and afterprolonged head-down bed rest. Journal of Applied Physiology,921, 75– A. M., Beckenkamp, P. R., Haas, M., Herbert, R. D., Lin, C. W. C., Evans, P.,… Russell, T. 2015. Rehabilitation after immobilization for ankle fracture TheEXACT randomized clinical trial. JAMA - Journal of the American MedicalAssociation,31413, 1376–1385. R. 2017. Tekanan Interface Pasien Tirah Baring Bed Rest SetelahDiintervensi dengan metode Hospital Corner Bed Making Interface Pressure inPatients Bedrest After being Intervented with Hospital Corner Bed MakingMethod. Mutiara Medika,171, 14–21. ... Pengaruh imobilisasi yang lama, akan mengakibatkan respon pada otot rangka. Keterbatasan pada mobilisasi pasien akan berpengaruh pada daya tahan otot akibat dari penurunan masa otot atrofi Rohman, 2019. ...... Atrofi pada otot ditandai dengan berkurangnya komponen yang ada di sel otot salah satunya protein dan diameter serabut sehingga mengakibatkan produksi kekuatan dan ketahanan pada kelelahan menurun. Otot yang tidak digunakan dalam jangka waktu lama menyebabkan penghancuran protein kontraktil otot aktin dan myosin lebih cepat dibandingkan dengan pembentukannya sehingga kandungan kontraktil otot menurun dan mengakibatkan terjadinya atrofi otot Rohman, 2019. Kejadian mengecilnya otot mengakibatkan pasien cepat lelah jika terlalu lama duduk di kursi roda sehingga menganggu kenyamanan pasien. ...... Imobilisasi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat mempengaruhi sistem metabolisme berupa menurunnya kecepatan metabolisme yang lebih dikenal dengan basal metabolisme rate BMR. basal metabolisme rate BMR yang mengalami penurunan mengakibatkan terganggunya proses oksigenasi sel, meningkatkan katabolisme dan menurunkan anabolisme sehingga terjadi gangguan metabolisme Rohman, 2019 . ...Abdan SyakuraSiti NurhosifahRahayu Yuliana WPendahuluan Kursi roda memiliki bahan alas duduk berupa karet dan struktur yang tidak sesuai postur tubuh pengguna. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengembangan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman pada penderita stroke yang menggunakan kursi roda. Metode Desain yang digunakan metode deskriptif Systematic review, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari bulan April 2021. Pengumpulan data diperoleh dengan searching menggunakan kata kunci yang telah ditentukan, selanjutnya mengisi tabulasi artikel dalam bentuk tabel keaslian. Hasil Bahan tempat duduk karet dikembangkan menggunakan busa dan cooltech, struktur tempat duduk dan sandaran dengan menambahkan sandaran kepala, dan struktur pijakan kaki. Kesimpulan Modifikasi bahan tempat duduk dan struktur kursi roda dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman pada pasien stroke yang menggunakan kursi roda sehingga pengguna dapat merasa aman dan nyaman saat menggunakannya.... Kelemahan dan kekakuan otot dapat terjadi selama fase imobilisasi, proses imobilisasi atau tirah baring lama juga dapat menyebabkan perubahan pola napas akibat kelemahan dan kekakuan otot-otot pernapasan, selain itu imobilisasi akan menyebabkan terjadinya respon fisiologis yang ditandai dengan menurunnya pergerakan paru saat inspirasi sehingga jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh kurang [9]. Fisioterapi dapat memberikan latihan pernapasan dalam dan peregangan otot pernapasan dengan tujuan relaksasi otot-otot pernapasan dan meningkatkan fungsi ventilasi paru [10]. ...Diana Silvi NafilaNikmatur RosidahNanang Heru SumarsonoTujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk melaporkan intervensi fisioterapi yang dapat diberikan untuk kondisi nekrolisis epidermal toksik pada lansia setelah mengkonsumsi obat golongan NSAID. Intervensi fisioterapi terdiri dari latihan Range of Motion ROM secara aktif dan pasif untuk meningkatkan rentang gerak pada seluruh regio tubuh, latihan pernapasan dengan teknik deep breathing untuk relaksasi otot-otot pernapasan dan meningkatkan fungsi ventilasi paru dan latihan positioning untuk mengurangi komplikasi yang diakibatkan oleh imobilisasi dan dapat meningkatkan rasa nyaman karena dapat mengurangi tekanan yang menetap pada beberapa bagian tubuh akibat posisi statis. Pemeriksaan fisioterapi diukur dan ditulis untuk mengetahui kondisi pasien sebelum intervesi diberikan. Dalam kondisi NET fisioterapi dapat berkontribusi dalam insiden NET untuk rehabilitasi fisik untuk mencegah penururnan fungsi tubuh pasien Kata Kunci Nekrolisis Epidermal Toksik, Sindrom Steven Johnson, Intervensi Fisioterapi.... Jaringan fibrosis yang terjadi akibat atrofi degeneratif juga memiliki kecenderungan untuk memendek sehingga terjadilah kontraktur. 26 Imobilisasi dapat menyebabkan retensi sputum dan aspirasi. Pada posisi berbaring, otot diafragma dan interkostal tidak berfungsi dengan baik sehingga gerakan dinding dada juga menjadi terbatas yang menyebabkan sputum sulit keluar. ...Hildebrand Hanoch VictorEdy Rizal WahyudiCleopas Martin Rumende Cosphiadi IrawanIntroduction. Nosocomial pneumonia is a lung infection that occurs after the patient is hospitalized for more than 48 hours, without any signs of pulmonary infection at the time of treatment. When compared with young individuals, elderly individuals are more likely to have community-sourced and nosocomial infections with worse outcomes. Comprehensive Geriatric Assessment CGA domains are expected to explain the factors that contribute to nosocomial pneumonia in elderly patients. This study aimed to determine the proportion of elderly treated at Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital who experienced nosocomial pneumonia and whether the CGA domains influence the occurrence of nosocomial pneumonia. Methods. A retrospective cohort study was conducted by analyzing the medical records of patients aged 60 years or older who were hospitalized in the medical ward of Geriatric Internal Medicine at Dr. Cipto Mangunkusomo National Central General Hospital in January – September 2019. We also collected secondary data from the geriatric division’s research. The sample consisted of inpatients aged ≥60 years who were hospitalized for more than 48 hours. Those who died within the first 48 hours of hospitalization and subjects with incomplete CGA domain data were excluded from the study. The criteria for nosocomial pneumonia used in this study followed the CDC’s pneumonia criteria for geriatric patients. Data processing was conducted using the application of Statistical Product and Service Solutions SPSS 16. Results. Of 228 subjects, the proportion of nosocomial pneumonia in elderly patients hospitalized was 31,14%. The mean age was 69 years with the subject’s age range between 60-89 years. Nutritional status OR CI95% and functional status OR 95%CI are factors that influence the incidence of nosocomial pneumonia in elderly patients who are hospitalized at Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital. Conclusions. The proportion of elderly patients with nosocomial pneumonia was Nutritional status and functional status are factors that influence the incidence of nosocomial pneumonia in elderly patients who are hospitalized at Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital.... Hal ini akan menyebabkan terganggunya fisiologis tubuh dan menyebabkan asam laktat dalam tubuh tinggi ehingga menyebabkan kelelahan lebih cepat sehingga menyebabkan efisiensi otot mengalami penurunan karena adanya peningkatan hasil metabolisme tersebut sebagai akibat dari penggunaan cadangan energi dalam waktu lama. Penurunan fungsi fisiologis tersebut akan menyebabkan seseorang mengalami penurunan kecepatan kontrasi otot Rohman, 2019. Kondisi kelelahan seseorang dapat terlihat melalui tingkat kelambatannya dalam melakukan suatu aktivitas. ...Rizki Sri WulandariLatar Belakang Kelelahan kerja merupakan perasaan letih ketika aktivitas fisik telah mengalami penurunan. Kelelahan kerja yang terjadi dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh sehingga dapat membahayakan lingkungan sekitar maupun diri Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi IMT, kualitas tidur dan aktivitas fisik dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain case control. Populasi penelitian yaitu tenaga kerja Bagian Produksi Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cikedokan Plant/Ckr-B. Besar sampel dihitung menggunakan rumus Lemeshow didapatkan sebanyak 21 responden kelompok kasus dan 21 responden kelompok kontrol. Data primer bersumber dari kuesioner dan wawancara responden. Data dianalisis menggunakan analisis bivariat uji Chi-Square dan analisis multivariat uji regresi Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara status gizi IMT p=0,001, OR=7,913, kualitas tidur p=0,004, OR=18,687 dan aktivitas fisik p=0,005, OR=6,435 dengan kelelahan kerja. Yang tidak memiliki hubungan dengan kelelahan kerja adalah adalah usia p=0,753, masa kerja p=0,311, shift kerja p=403, asupan energi p=0,304, asupan protein p=0,289, asupan lemak p=0,289, asupan karbohidrat p=0,414 dan pola konsumsi p=1,00.Kesimpulan Terdapat hubungan status gizi IMT, kualitas tidur dan aktivitas fisik dengan kelelahan kerja tetapi tidak terdapat hubungan antara usia, masa kerja, shift kerja, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat dan pola konsumsi. Peneliti menyarankan untuk pekerja menjaga status gizi IMT agar normal serta selalu memanfaatkan waktu dengan baik agar mampu memiliki waktu beristirahat dan menyeimbangkan waktu istirahat tersebut dengan jenis aktivitas fisik yang dijalani setiap To review the ability of various types of external immobilizers to restrict cervical spine movement. Methods With a systematical review of original scientific articles, data on range of motion, type of used external immobilization device and risk of bias were extracted. The described external immobilization devices were grouped and the mean restriction percentage and standard deviation were calculated. Finally, each device was classified based on its ability to restrict movement of the cervical spine, according to five levels of immobilization poor MIL <20 %, fair MIL 20–40 %, moderate MIL 40–60 %, substantial MIL 60–80 %, and nearly complete MIL ≥80 %. Results The ability to reduce the range of motion by soft collars was poor in all directions. The ability of cervico-high thoracic devices was moderate for flexion/extension but poor for lateral bending and rotation. The ability of cervico-low thoracic devices to restrict flexion/extension and rotation was moderate, while their ability to restrict lateral bending was poor. All cranio-thoracic devices for non-ambulatory patients restricted cervical spine movement substantial in all directions. The ability of vests with non-invasive skull fixation was substantial in all directions. No studies with healthy adults were identified with respect to cranial traction and halo vests with skull pins and their ability to restrict cervical movement. Conclusions Soft collars have a poor ability to reduce mobility of the cervical spine. Cervico-high thoracic devices primarily reduce flexion and extension, but they reduce lateral bending and rotation to a lesser degree. Cervico-low thoracic devices restrict lateral bending to the same extent as cervico-high thoracic devices, but are considerably more effective at restricting flexion, extension, and rotation. Finally, cranio-thoracic devices nearly fully restrict movement of the cervical growing body of scientific evidence indicates that physical activity beneficially influences cognitive functioning. Less thoroughly investigated are the cognitive out comes of reduced physical activity levels. The purpose of the study was to determine the effects of prolonged physical inactivity induced by bed rest on the participant’s cognitive functioning. Bed rest is a well-accepted method by which an acute stage of human adaptation to weightlessness in space flights is simulated, as well as an important model to study the consequences of extreme physical inactivity in humans. The subjects participating in the study consisted of fifteen healthy males aged between 19 and 65 years who were exposed to 14-day horizontal bed rest in a strict hospital environment. To assess the cognitive functions of the participants, a neuropsychological test battery was administered before and after the bed rest experiment. There was no significant impairment in cognitive performance after the 14-day bed rest on all tests, except in the measurements of delayed recall in the group of older adults. The results suggest that cognitive functions remained relatively stable during the period of physical immobilization. The obtained results have been discussed taking the possible contributing factors into account such as the practice effect, the relatively short duration of bed rest, and the choice of the cognitive measures administered. The study also provides evidence that favourable living and psychosocial conditions can protect one against cognitive decline in the case of extreme physical determined the effects of prolonged head-down tilt bed rest HDT on lung mechanics and gas exchange. Six subjects were studied in supine and upright postures before control, during [day 113 D113], and after R + number of days of recovery 120 days of HDT. Peak expiratory flow PF never differed between positions at any time and never differed from controls. Maximal midexpiratory flow FEF25-75% was lower in the supine than in the upright posture before HDT and was reduced in the supine posture by about 20% between baseline and D113, R + 0, and R + 3. The diffusing capacity for carbon monoxide corrected to a standardized alveolar volume volume-corrected DLCO was lower in the upright than in the supine posture and decreased in both postures by 20% between baseline and R + 0 and by 15% between baseline and R + 15. Pulmonary blood flow QC increased from R + 0 to R + 3 by 20 supine and 35% upright. As PF is mostly effort dependent, our data speak against major respiratory muscle deconditioning after 120 days of HDT. The decrease in FEF25-75% suggests a reduction in elastic recoil. Time courses of volume-corrected DLCO and QC could be explained by a decrease in central blood volume during and immediately after study investigated the effects of treadmill walking during remobilization on range of motion ROM and histopathology in rat knee joints, which were immobilized for three weeks in a flexed position. After fixator removal, rats were divided into a no-intervention RM group and a group forced to walk on a treadmill daily at 12 m/min for 60 min WALK group. Passive knee extension ROMs were measured before m-ROM and after a-ROM knee flexor myotomy on the first and last day of a seven-day remobilization period, with m-ROM mainly reflecting myogenic factors and a-ROM reflecting arthrogenic factors. Knee joints were histologically analyzed and gene expression of inflammatory or fibrosis-related mediators in the posterior joint capsule were examined. m-ROM and a-ROM restrictions were established after immobilization. m-ROM significantly increased following the remobilization period both in RM and WALK groups compared with that of immobilized IM group. Conversely, a-ROM decreased following the remobilization period in both RM and WALK groups compared with that of IM group. Importantly, a-ROM was smaller in WALK group than RM group. Remobilization without intervention induced inflammatory and fibrotic reactions in the posterior joint capsule after one and seven days. Treadmill walking promoted these reactions and also increased the expression of fibrosis-related TGF-β1 and collagen type I and III genes. While free movement after immobilization improved myogenic contracture, arthrogenic contracture worsened. Treadmill walking further aggravated arthrogenic contracture through amplified inflammatory and fibrotic reactions. Thus, active exercise immediately after immobilization may not improve immobilization-induced joint M MoseleyPaula R Beckenkamp Marion HaasChung-Wei Christine LinImportance The benefits of rehabilitation after immobilization for ankle fracture are To determine the effectiveness of a supervised exercise program and advice rehabilitation compared with advice alone and to determine if effects are moderated by fracture severity or age and Setting, and Participants The EXACT trial was a pragmatic, randomized clinical trial conducted from December 2010 to June 2014. Patients with isolated ankle fracture presenting to fracture clinics in 7 Australian hospitals were randomized on the day of removal of immobilization. Of 571 eligible patients, 357 chose not to participate and 214 were allocated to rehabilitation n = 106 or advice alone n = 108, with 194 91% followed up at 1 month, 173 81% at 3 months, and 170 79% at 6 months. There were no withdrawals attributed to adverse effects. Recruitment terminated early on December 31, 2013 planned enrollment, 342; actual, 214, because funding was Supervised exercise program and advice about self-management rehabilitation individually tailored, prescribed, monitored, and progressed or advice alone, both delivered by a physical Outcomes and Measures Primary outcomes were activity limitation assessed using the Lower Extremity Functional Scale score range, 0-80; higher scores indicate better activity, and quality of life assessed using the Assessment of Quality of Life score range, 0-1; higher scores indicate better quality of life, measured at baseline and at 1, 3 primary time point, and 6 Mean activity limitation and quality of life at baseline were SD, and SD, respectively, for advice and SD, and SD, for rehabilitation, increasing to SD, and SD, for advice vs SD, and SD, for rehabilitation at 3 months. Rehabilitation was not more effective than advice for activity limitation mean effect at 3 months, [95% CI, − to or quality of life − [95% CI, − to Treatment effects were not moderated by fracture severity or age and and Relevance A supervised exercise program and advice did not confer additional benefits in activity limitation or quality of life compared with advice alone for patients with isolated and uncomplicated ankle fracture. These findings do not support the routine use of supervised exercise programs after removal of immobilization for patients with isolated and uncomplicated ankle Registration Identifier ACTRN12610000979055Susan M Delange Hudec Pauline CamachoObjective To provide an updated review of several causes of secondary osteoporosis as well as screening recommendations for these disorders. Methods We conducted an updated review of the literature published since 2006 on secondary causes of osteoporosis. This information has been added to the relevant data published between 1990 and 2006, which was included in our prior review from 2006. This current review also includes recent clinical guidelines recommendations. Results Secondary osteoporosis occurs in almost two thirds of men, more than half of premenopausal women, and about 30% of postmenopausal women. Its causes are vast, and they include hypogonadism, medications, hyperthyroidism, vitamin D deficiency, primary hyperparathyroidism, solid organ transplantation, gastrointestinal diseases, hematologic diseases, Cushing's syndrome, and idiopathic hypercalciuria. These causes have their own pathogenesis, epidemiologic features, and effects on the skeleton. Conclusion The causes of secondary osteoporosis are numerous, and an understanding of their characteristics with respect to bone density and potential fracture risk is essential in the management of osteoporosis. A heightened awareness of the possibility of their existence is necessary to provide optimal compared muscle thickness, torque, normalized torque torque/muscle thickness, and power at rad/s and rad/s in flexor and extensor muscles of the elbow and knee, and in ankle plantar flexors in young n = 22, 18–31 years and older n = 28, 59–76 years men. Young men had greater muscle thickness for all muscle groups p <.01, except elbow extensors, which were similar to older men. Young men had greater torque and power at both velocities for all muscle groups p <.01, and greater normalized torque at both velocities for the elbow extensors and knee flexors and at the fast velocity for knee extensors. Relative to young mean values, muscle thickness, and torque, normalized torque, and power in the older group were most affected for lower-body measurements, especially at the fast velocity. Torque, normalized torque, and power especially at fast velocities, and muscle thickness in the lower body are affected more by aging than are upper body measures in men. Frank BoothSimon J LeesCurrently our society is faced with the challenge of understanding the biological basis for the epidemics of obesity and many chronic diseases, including Type 2 diabetes. Physical inactivity increases the relative risk of coronary artery disease by 45%, stroke by 60%, hypertension by 30%, and osteoporosis by 59%. Moreover, physical inactivity is cited as an actual cause of chronic disease by the US Centers of Disease Control. Physical activity was obligatory for survival for the Homo genus for hundreds of thousands of years. This review will present evidence that suggests that metabolic pathways selected during the evolution of the human genome are inevitably linked to physical activity. Furthermore, as with many other environmental interactions, cycles of physical activity and inactivity interact with genes resulting in a functional outcome appropriate for the environment. However, as humans are less physically active, there is a maladaptive response that leads to metabolic dysfunction and many chronic diseases. How and why these interactions occur are fundamental questions in biology. Finally, a perspective to future research in physical inactivity-gene interaction is presented. This information is necessary to provide the molecular evidence required to further promote the primary prevention of chronic diseases through physical activity, identify those molecules that will allow early disease detection, and provide society with the molecular information needed to counter the current strategy of adding physical inactivity into our lives. Selanjutnyapada suhu pemeliharaan 27oC, 29oC dan 31oC larva ikan cupang cenderung sulit untuk mendapatkan waktu deferensiasi testis. Hal ini diduga karena suhu selain berpengaruh terhadap waktu deferensiasi kelamin pada ikan, juga Journal List J Public Health Res 2020 Jul 3 PMC7376490 J Public Health Res. 2020 Jul 3; 92 1840. AbstractBackground Individuals tend to develop metabolic disorders and other chronic diseases, due to the poor conduction of physical activities. Meanwhile, a high level of physical activity positively affects the quality of life. However, irrespective of the numerous studies reported on the correlation between age, weight, and physical activity, there is limited study on the differences of physical activities in the geriatric and adult groups of obese and non-obese people. This study, therefore, aims to investigate the effect of age and weight on physical activity in geriatric and adult and methods The purposive sampling technique was used to obtain data from 154 respondents from community-integrated health care in Surabaya, East Java, Indonesia. These respondents were equally divided into two groups of adult 21-60 years and geriatric >60 years The Chi-Square test showed that there were no significant differences between physical activity in the obese and nonobese people of the geriatric groups P> Conversely, in the adult group, there were significant differences between physical activities and the age of obese and non-obese groups P60 years. Those suffering from cardiovascular, cerebrovascular, respiration, and liver diseases were excluded. The Body Mass Index BMI and the International Physical Activity Questionnaire IPAQ were also used to assess the healthy weight of obese and non-obese respondents. This study has been approved by the ethics committee of Universitas Surabaya, and the data were processed and analysed by using SPSS 22. In addition, the Chi-Square tests were also used to analyze the effect of age and weight on physical and DiscussionTable 1 shows the demographic characteristics of respondents according to age, sex, and BMI. It shows that in the adult age group, obesity values were the same regardless of gender. Almost three-quarters of women had the highest percentage of non-obesity compared to men, however, as they aged, their chances of being obsessed increased The rate of geriatric obesity, also known as type 1, is 80% compared to type 2 at showed that more than 60% of middle-aged women in low socio-economic status were obese or overweighed. This condition was influenced by factors such as employment status, high blood pressure, arthritis, and other issues related to activities of bending, moving at a regular pace, sitting, and getting up from chairs. A multi-sector partnership program was recommended to achieve better results in obesity treatment in low-income areas. In addition, health care professionals also need to recognize that psychosocial and other nutritional problems affected obesity in the Therefore, a low-budget physical activity is essential for people to carry out the adequate exercise with maximum benefits. 21 A number of different measurement methods need to be applied to measure the relationship between physical activity and quality of life. According to previous studies, physical activity needs to be objectively measured using an accelerometer. In addition, subjective measurement needs to be conducted by asking questions on the different types of daily physical This study used the International Physical Activity Questionnaire IPAQ as a valid and reliable instrument to measure the physical activity of adult and geriatric characteristics of n=77 Non-obesity n=77 FrequencyPercentage %FrequencyPercentage %Adult Mass Index Conversely, in the adult group, it is found that there are significant differences between the physical activity level of obese and non-obese results of physical activity indicate other confounding factors, such as dietary habits, psychosocial issues, and physical Weight loss therapy targeting obesity in geriatrics has been considered controversial because it leads to a loss in lean muscle mass of 25%. Additionally, bone mineral density tends to decrease as weight loss occurs,23 and geriatrics suffering from obesity experienced metabolic and functional 3 shows the differences between physical activity levels in the adult and geriatric group, with significant differences in the obese and non-obese groups at P< Physical activity is a nonpharmacological treatment available to most people, and it plays an essential role in preventing various metabolic diseases in overweight and obese A clinically significant weight loss ≥ 5% of initial weight has been identified as predictors of metabolic disorders such as metabolic syndrome, insulin resistance, type-2 diabetes mellitus T2DM, dyslipidemia, hypertension, lung diseases, cardiovascular diseases, and conclusion, age affects physical activity in adult and geriatric groups, but only obese adults have shown these author are grateful to Faculty of Medicine, Universitas Surabaya, Surabaya for their kind supportFunding StatementFunding This study was financially supported by Faculty of Medicine, Universitas Surabaya UBAYA, Gopinath B, Kifley A, Flood VM, et al. Physical Activity as a Determinant of Successful Aging over Ten Years. Sci Rep 2018;810522. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]2. Notthoff N, Reisch P, Gerstorf D. Individual Characteristics and Physical Activity in Older Adults A Systematic Review. Gerontol 2017;63443–59. [PubMed] [Google Scholar]4. Gill DL, Hammond CC, Reifsteck EJ, et al. Physical activity and quality of life. J Prev Med Public Health 2013;46S28-34. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]5. Anokye NK, Trueman P, Green C, et al. Physical activity and health related quality of life. BMC Public Health 2012;12624. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]6. Takagi D, Nishida Y, Fujita D. Age-associated changes in the level of physical activity in elderly adults. J Phys Ther Sci. 2015;273685-7. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]7. Varma VR, Dey D, Leroux A, et al. Re-evaluating the effect of age on physical activity over the lifespan. Prev Med 2017;101102–8. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]8. Pandey A, LaMonte M, Klein L, et al. Relationship Between Physical Activity, Body Mass Index, and Risk of Heart Failure. J Am Coll Cardiol 2017;691129–42. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]9. Nordstoga AL Zotcheva E Svedahl al.. Long-term changes in body weight and physical activity in relation to allcause and cardiovascular mortality the HUNT study. Int J Behav Nutr Phys Act 2019;1645. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]10. Drenowatz C, Hill J, Peters J, et al. The association of change in physical activity and body weight in the regulation of total energy expenditure. Eur J Clin Nutr 2017;71377–82. [PubMed] [Google Scholar]11. Preiss D, Thomas LE, Wojdyla DM, et al. Prospective relationships between body weight and physical activity an observational analysis from the NAVIGATOR study. BMJ Open 2015;5e007901. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]12. Segula D. Complications of obesity in adults a short review of the literature. Malawi Med J 2014;2620-4. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]13. Suryadinata RV, Lorensia A, Sari RK. Differences in Nutrition Food Intake and Body Mass Index between Smoker and Nonsmoker in Adult. Indones J Clin Pharm. 2017;6171–80. [Google Scholar]14. Wiklund P. The role of physical activity and exercise in obesity and weight management Time for critical appraisal. J Sport Heal Sci. 2016;5151–4. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]15. Hu F. Obesity epidemiology. New York Oxford University Press;2008. [Google Scholar]16. Strasser B. Physical activity in obesity and metabolic syndrome. Ann N Y Acad Sci. 2013;1281141–59. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]17. Kaleth AS, Saha CK, Jensen MP, et al. Effect of Moderate to Vigorous Physical Activity on Long-Term Clinical Outcomes and Pain Severity in Fibromyalgia. Arthritis Care Res Hoboken. 2013;651211–8. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]18. Gebel K, Ding D, Chey T, et al. Effect of Moderate to Vigorous Physical Activity on All-Cause Mortality in Middle-aged and Older Australians. JAMA Intern Med. 2015;175970. [PubMed] [Google Scholar]19. Nagarkar AM, Kulkarni SS. Obesity and its effects on health in middle-aged women from slums of Pune. J Mid-life Health 2018;979-84 [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]21. Tonet E, Maietti E, Chiaranda G, et al. Physical activity intervention for elderly patients with reduced physical performance after acute coronary syndrome HULK study rationale and design of a randomized clinical trial. BMC Cardiovasc Disord 2018;1898. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]22. Porter Starr KN, McDonald SR, Bales CW. Obesity and Physical Frailty in Older Adults A Scoping Review of Lifestyle Intervention Trials. J Am Med Dir Assoc 2014;15 240–50. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]23. Waters DL, Ward AL, Villareal DT. Weight loss in obese adults 65years and older A review of the controversy. Exp Gerontol 2013;481054–61. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]24. Anton S, Manini T, Milsom V, et al. Effects of a weight loss plus exercise program on physical function in overweight, older women a randomized controlled trial. Clin Interv Aging 2011;6141-9. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]25. Kelley GA, Kelley KS. Effects of Exercise in the Treatment of Overweight and Obese Children and Adolescents A Systematic Review of Meta-Analyses. J Obes 2013;20131-10. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]26. Swift DL, Johannsen NM, Lavie CJ, et al. The Role of Exercise and Physical Activity in Weight Loss and Maintenance. Prog Cardiovasc Dis 2014;56441–7. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]27. Wing RR, Lang W, Wadden TA, et al. Benefits of Modest Weight Loss in Improving Cardiovascular Risk Factors in Overweight and Obese Individuals With Type 2 Diabetes. Diabetes Care 2011;341481-6. [PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]28. Suryadinata RV, Wirjatmadi B, Adriani M. Efektivitas Penurunan Malondialdehyde dengan Kombinasi Suplemen Antioksidan Superoxide Dismutase Melon dan Gliadin Akibat Paparan Rokok. Glob Med Heal Commun 2017;579-83. [Google Scholar]Articles from Journal of Public Health Research are provided here courtesy of SAGE Publications

durasitidur pendek dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan hipertensi karena peningka-tan tekanan darah 24 jam dan denyut jantung, pe- ningkatan sistem saraf simpatik, dan peningkatan retensi garam. Selanjutnya akan menyebabkan adaptasi struktural sistem kardiovaskular sehingga tekanan darah menjadi tinggi.3

maQx3US.
  • p5eyaux0z7.pages.dev/59
  • p5eyaux0z7.pages.dev/98
  • p5eyaux0z7.pages.dev/224
  • p5eyaux0z7.pages.dev/276
  • p5eyaux0z7.pages.dev/37
  • p5eyaux0z7.pages.dev/209
  • p5eyaux0z7.pages.dev/31
  • p5eyaux0z7.pages.dev/159
  • p5eyaux0z7.pages.dev/151
  • aktivitas tubuh dalam jangka waktu yang lama akan berpengaruh terhadap